REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan permukiman Israel mempersulit proses perdamaian dengan Palestina. Ia mendesak Israel memperhatikan masalah tersebut. Dilansir di BBC, Senin (12/2), komentar terbaru pemimpin AS tersebut muncul dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada Ahad oleh surat kabar Yisrael Hayom.
Ia mengatakan, permukiman adalah sesuatu yang sangat rumit dan selalu menjadi kendala mewujudkan proses perdamaian."Jadi saya pikir Israel harus sangat berhati-hati dengan permukiman," katanya.
Trump juga mengatakan kepada surat kabar Israel tersebut dia tidak percaya orang-orang Palestina dan Israel siap berdamai. "Kami akan melihat apa yang terjadi. Saat ini orang-orang Palestina tidak berdamai, mereka tidak masuk ke dalamnya. Mengenai Israel, saya tidak yakin mereka juga tertarik untuk berdamai sehingga kita hanya perlu menunggu dan melihat apa yang terjadi," kata Trump saat mempresentasikan rencana perdamaiannya kepada pemimpin redaksi media surat kabar tersebut.
Lebih dari 600 ribu orang Yahudi tinggal di sekitar 140 permukiman yang dibangun sejak pendudukan Israel pada 1967 di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Permukiman dianggap ilegal menurut hukum internasional, meskipun Israel membantahnya.
Dalam petikan wawancara yang dipublikasikan pada Jumat, Trump mengatakan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel merupakan hal besar untuk tahun pertamanya sebagai presiden. "Saya pikir Yerusalem adalah titik yang sangat besar dan saya pikir ini adalah poin yang sangat penting," katanya.
Ia mengatakan, menetapkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel merupakan hal yang sangat penting bagi banyak orang. Ia mengaku telah memenuhi janji kampanyenya dengan keputusan tersebut.
Israel mengklaim seluruh kota sebagai ibu kotanya namun Palestina menginginkan Yerusalem Timur, yang diduduki oleh Israel dalam perang Timur Tengah 1967 menjadi ibu kota negara Palestina masa depan.
Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas mengatakan tidak akan lagi menerima AS sebagai mediator setelah pengakuan kontroversial atas Yerusalem. Presiden Trump membuat marah warga Palestina pada Desember lalu saat dia mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Dia juga mengancam akan menahan bantuan kecuali orang-orang Palestina sepakat untuk melakukan pembicaraan perdamaian. Bulan lalu PBB menyatakan keprihatinannya atas keputusan AS untuk menahan bantuannya hingga 65 juta dolar AS untuk sebuah badan yang mendukung pengungsi Palestina (UNRWA).