Rabu 21 Feb 2018 10:13 WIB

Penyerangan Pemuka Agama Sangat Terencana dan Sporadis

MUI menduga ada rekayasa jahat yang bertujuan ingin membuat kekacauan dan konflik.

Rep: Novita Intan/ Red: Agus Yulianto
Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid Saadi.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid Saadi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta kepada aparat keamanan dan intelijen negara untuk mengusut tuntas dan mengungkap motif kekerasan dan pembunuhan terhadap beberapa tokoh dan simbol agama.Pasalnya, penyerangan pemuka agama yang terjadi di berbagai daerah akhir-akhir ini dinilai dilakukan secara terencana, sporadis, dan sistemik

Wakil Ketua Umum MUI, Zainut Tauhid Saadi mengatakan, berbagai kejadian tersebut telah melahirkan banyak rumor di masyarakat sehingga apabila tidak segera diusut dan dicegah dikhawatirkan dapat menimbulkan prasangka "Prasangka tersebut menyesatkan dan dapat memunculkan gejolak yang berpotensi menimbulkan kekacauan di masyarakat, bila tak diatasi," ujarnya kepada Republika.co.id, Jakarta, Rabu (21/2).

MUI menengarai ada pihak-pihak yang ingin membuat suasana ketakutan, saling curiga dan ketegangan dalam kehidupan bermasyarakat. Ia juga menduga ada rekayasa jahat yang bertujuan ingin membuat kekacauan dan konflik antar elemen masyarakat dengan memanfaatkan momentum tahun politik.

"Kami mengajak seluruh elemen bangsa untuk lebih meningkatkan kewaspadaan, bersikap tenang, dapat mengendalikan diri, dan tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang ingin mengadu domba dan ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa," ucapnya.

Seperti diketahui, dari catatan Republika.co.id, setidaknya ada empat serangan terhadap ulama dan ustaz yang terkonfirmasi dalam tiga pekan terakhir ini. Serangan pertama menimpa Pengasuh Pondok Pesantren al-Hiadayah, Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Emon Umar Basyri, Sabtu (27/1).

Serangan kedua terjadi pada 1 Februari 2018 dengan korban Ustaz Prawoto, Komandan Brigade Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis). Prawoto meninggal dunia oleh serangan yang dilakukan oknum tetangga yang diduga alami gangguan kejiwaan.

Kemudian ada serangan terhadap seorang santri dari Pesantren Al-Futuhat Garut oleh enam orang tak dikenal. Ada juga seorang pria yang bermasalah dengan kejiwaannya bersembunyi di atas Masjid At Tawakkal Kota Bandung mengacung-acungkan pisau.

Dan pada Ahad (11/2) ini, pendeta dan jemaat Gereja Santa Lidwina, Kabupaten Sleman, DIY, diserang. Empat jemaat luka-luka dan pendeta yang memimpin ibadah pun terluka akibat serangan menggunakan pedang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement