Jumat 02 Mar 2018 07:41 WIB

Harga Minyak Dunia Jatuh ke Posisi Terendah

Anjloknya Wall Street dan kekhawatiran melonjaknya produksi minyak AS menjadi pemicu.

Harga minyak dunia (ilustrasi).
Foto: REUTERS/Max Rossi
Harga minyak dunia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak merosot lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Kamis (1/3) atau Jumat (2/3) pagi WIB menyentuh posisi terendah dua minggu. Tekanan terhadap harga minyak dunia ini menyusul penurunan Wall Street dan kekhawatiran tentang melonjaknya produksi minyak mentah AS.

Patokan global, minyak mentah Brent untuk penyerahan April, turun 1,95 dolar AS menjadi ditutup pada 63,83 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, turun 0,65 dolar AS menjadi menetap di 60,99 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

"Sejak kami mengalami aksi jual ekstrem karena pasar ekuitas beberapa minggu yang lalu, harga minyak tampaknya memiliki sejumlah kecil perhatian pada aktivitas pasar ekuitas dan telah mendapat pengaruh kuat dari dolar," kata Matt Smith, direktur penelitian komoditas di ClipperData.

Pasar saham AS turun lebih dari satu persen setelah Presiden Donald Trump mengumumkan tarif impor baja dan aluminium. Dolar AS mencapai level tertinggi enam minggu di awal namun mundur di sore hari, yang menahan kerugian lebih lanjut dalam minyak mentah berjangka. Melemahnya dolar AS dapat mengangkat minyak dan komoditas lainnya yang dihargakan dalam greenback.

"Salah satu hal yang berkontribusi terhadap penguatan pasar (minyak) adalah pelemahan dolar selama beberapa bulan terakhir," kata Gene McGillian, manajer riset pasar di Tradition Energy di Stamford.

Pada Rabu (28/2), data mingguan dari Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan peningkatan yang lebih besar dari perkiraan dalam persediaan minyak mentah AS dan kenaikan stok bensin. Produksi minyak mentah AS tergelincir pada bulan terakhir 2017, namun pada November mencapai level tertinggi sepanjang masa 10.057 juta barel per hari (bph). Data mingguan menunjukkan rekor lain dan perkiraan akan meningkat lebih lanjut.

"Laporan kemarin telah membangkitkan kekhawatiran bahwa tingkat produksi AS akan mengimbangi pengurangan produksi OPEC," kata McGillian.

Para pejabat OPEC akan bertemu dengan para eksekutif (minyak) serpih AS di konferensi energi AS pada Senin (5/3), yang menyoroti pengaruh produksi Amerika terhadap harga global. Pemotongan produksi OPEC, yang dimulai setahun lalu, telah membantu menaikkan harga dari level di bawah 30 dolar AS per barela yang terlihat pada Januari 2016.

sumber : Antara/Xinhua
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement