Ahad 04 Mar 2018 13:09 WIB

'Jangan Kaitkan Pelaku Kriminal Beragama Islam dengan Islam'

Manajemen pengelolaan kasus agar masalah yang ada tidak meluas.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ratna Puspita
Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas
Foto: RepublikaTV/Havid Al Vizki
Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Anwar Abbas berharap kepolisian dan media saat menangani atau menyampaikan kasus kriminal, radikalisme dan terorisme agar jangan cepat-cepat mengaitkan para pelakunya dengan agama Islam. Hal tersebut termasuk ketika pelakunya beragama Islam.

"Ini bukanlah sebuah hal yang sulit untuk dilakukan karena saya lihat pihak kepolisian dan media juga bisa tidak mengaitkan masalah yang ditimbulkan oleh orang Kristen, misalnya, dengan agama Kristen atau oleh orang Hindu dengan agama Hindu yang dianut oleh pelakunya," kata Anwar melalui keterangan tertulis kepada Republika, Ahad (4/3).

Anwar menerangkan, manajemen pengelolaan kasus seperti ini penting untuk dipikirkan dan dilakukan agar masalah yang ada tidak meluas dan tidak merebak ke mana-mana. Alasan lainnya, dia menerangkan, tidak akan menyakiti hati dari para pemeluk agama yang sama dengan agama para pelaku.

Ia melanjutkan, kalau nama Islam yang mereka pakai saat melakukan gerakan meresahkan, kepolisian saat menyelesaikan masalah tersebut tidak menonjolkan agama atau kata Islam. Kepolisian bisa lebih menekankan kepada kasus, masalah, dan pelanggaran yang mereka lakukan saja.

"Sehingga persoalan menjadi terlokalisir hanya kepada para pelaku, dan orang yang seagama dengannya tidak tersinggung dan tidak merasa terbawa-bawa sehingga kegaduhan seperti yang banyak terjadi selama ini bisa dihindari," ujarnya.

Anwar yang juga ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menjelaskan, cara penanganan kasus seperti ini perlu menjadi perhatian para penegak hukum dan media. Dengan demikian, dia menambahkan, umat Islam yang mayoritas di negeri ini tidak merasa disudutkan seperti yang banyak terlihat dan dirasakan selama ini.

Kalau cara-cara menonjolkan agama dalam kasus kriminal, radikalisme, dan terorisme terus berlangsung, dia mengatakan, akan terjadi sebuah kegaduhan. Alhasil, masalah yang sebenarnya kecil menjadi melebar sehingga menjadi persoalan yang menguras energi dan menghabiskan waktu sehingga menjadi tidak produktif.

"Padahal kita yang hidup di negeri yang kita cintai ini ingin hidup tenang, dengan penuh rasa aman, tenteram dan damai tanpa ada rasa curiga terhadap yang lainnya, terutama kepada pihak pemerintah dan para penegak hukum agar kita bisa bekerja dengan tenang sehingga produktivitas kita sebagai bangsa bisa meningkat dan kemajuan bangsa bisa kita akselerasi," kata dia menegaskan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement