Selasa 06 Mar 2018 04:17 WIB

Banyuwangi Gelar Festival Balaganjur

Parade diikuti oleh 35 ogoh-ogoh berbagai bentuk.

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas.
Foto: dokpri
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Pemkab Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar Festival Balaganjur dan Parade Ogoh-Ogoh di Desa Karetan. Ini menunjukkan kerukunan umat beragama, terutama dalam menghadapi Hari Raya Nyepi umat Hindu.

Masyarakat Purwoharjo bahu membahu menyiapkan parade yang digelar menjelang Hari Raya Nyepi tersebut. Purwoharjo merupakan kecamatan yang dihuni dengan berbagai umat beragama. Tempat ibadah dari berbagai agama terletak berdekatan di kecamatan itu. Semua masyarakat dari berbagai agama membaur dalam pergelaran festival tersebut.

Tidak jauh dari lokasi parade, ribuan umat Islam menggelar pengajian di Pondok Pesantren Salafiyah, Al Falah Purwoharjo. Usai pengajian mereka menyaksikan Festival Balaganjur tersebut.

Bahkan sebelum membuka Parade Ogoh-Ogoh dan Balaganjur, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyempatkan untuk hadir dalam acara pengajian. "Hari ini kita menyaksikan bagaimana kerukunan umat beragama di Purwoharjo. Mari kita terus jaga kerukunan semacam ini," kata Anas.

Dalam parade tersebut juga hadir tokoh-tokoh lintas agama, untuk menyemarakkan parade yang tahun ini masuk dalam agenda Banyuwangi Festival. Acara ini murni dari masyarakat dan tahun inimasukkan dalam agenda Banyuwangi Festival. Anas berharap festival ini diharapkan kian menguatkan kerukunan antarumat beragama.

Parade diikuti oleh 35 ogoh-ogoh berbagai bentuk, mulai dari karakter hanoman, rahwana, dan karakter lainnya. Satu ogoh-ogoh rata-rata harus digotong oleh 10 orang

Di belakang ogoh-ogoh terdapat barisan balaganjur yang mengiringi. Terdapat 45 grup balaganjur. Balaganjur berasal dari kata Bala dan Ganjur. Bala memiliki arti pasukan atau barisan, sedangkan Ganjur berarti berjalan. Balaganjur berarti pasukan atau barisan yang sedang berjalan, dengan membawa gamelan.

Bupati Anas mengatakan tahun ini banyak kebudayaan dan tradisi di berbagai daerah Banyuwangi diangkat dalam Banyuwangi Festival. Menurut bupati berusia 44 tahun tersebut, festival merupakan cara Banyuwangi untuk mengonsolidasi masyarakat. Masyarakat yang kesehariannya sibuk bekerja, atau banyak berada di dalam rumah, melalui festival mereka keluar rumah dan menyapa tetangga.

"Ini cara Banyuwangi untuk memupuk persatuan masyarakat," kata Anas.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement