Selasa 06 Mar 2018 14:00 WIB

PLN Targetkan Rasio Elektrifikasi Desa Capai 100 Persen

Elektrifikasi desa menjadi hal penting bagi Indonesia.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Dirut PLN, Sofyan Basir
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Dirut PLN, Sofyan Basir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mentargetkan rasio elektrifikasi untuk desa bisa mencapai 100 persen pada akhir 2018 mendatang. Meski pemerintah menetapkan target elektrifikasi desa ini bisa semua terealisasi pada 2019 mendatang, tetapi PLN ingin target ini selesai lebih awal.

Direktur Utama PT PLN, Sofyan Basir, mengatakan elektrifikasi desa ini menjadi hal yang penting bagi Indonesia. Sebab dengan jumlah 3.660 desa yang belum teraliri listrik ini akan dikejar oleh PLN hingga akhir tahun. Hanya saja memang kata Sofyan ada beberapa desa yang memutuskan untuk tidak dialiri listrik.

"Target dari pemerintah kan 2019, kita mau ini cepat, jadi rasio desa berlistrik bisa selesai di akhir 2018 nanti," ujar Sofyan di Energy Building, Selasa (6/3).

Sofyan tak menampik jika untuk bisa memenuhi proyek ini tidak semua harus bertumpu pada pembangkit listrik tenaga uap saja. Sofyan mengatakan ada beberapa daerah yang memiliki karakteristik tersendiri sehingga pengembangan Energi Terbarukan jauh lebih tepat dikembangkan di pedesaan.

"Kita kan juga punya komitmen bauran energi terbarukan. Kita juga akan fokus kesana. Di beberapa daerah 3 T itu malah lebih baik kalau memakai teknologi terbarukan seperti angin, surya dan air," ujar Sofyan.

Ada banyak jenis pembangkit EBT yang bisa dikembangkan khususnya di wilayah Indonesia timur, seperti PLTP Biomass, Solar PV dan Pembangkit tenaga angin. Sofyan menjelaskan Indonesia mempunyai resource yang cukup untuk mengembangkan EBT.

"Akhir maret ini saja kita sudah punya PLT Angin di Sidrap sebesar 75 megawatt. Kita juga akan kembangkan PLTP dengan 8 WKP. Ini sedang kita urus," ujar Sofyan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement