Selasa 06 Mar 2018 16:25 WIB

Korea Utara dan Korea Selatan Capai Kesepakatan Bertemu

Kim Jong-un temui pejabat senior Korsel untuk pertama kalinya.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
 Pemimpin Korut, Kim Jong-un saat menyaksikan uji coba peluncuran peluru kendali dari kapal selam.  (Reuters/KCNA)
Pemimpin Korut, Kim Jong-un saat menyaksikan uji coba peluncuran peluru kendali dari kapal selam. (Reuters/KCNA)

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un melakukan pertemuan dengan pejabat senior pemerintah Korea Selatan (Korsel) untuk pertama kalinya, pada Senin (5/3). Kantor berita Korut, KCNA, melaporkan Kim telah menyampaikan keinginan kuatnya untuk segera memperbaiki hubungan antar-Korea.

Ketegangan antara kedua Korea mulai mereda selama Olimpiade Musim Dingin Korsel. Kim Jong-un dilaporkan telah mengundang Presiden Korsel Moon Jae-in ke Korut untuk menghadiri pertemuan puncak.

"Mendengar niat Presiden Moon Jae-In untuk menghadiri pertemuan puncak, Kim Jong-un telah bertukar pandangan dan membuat kesepakatan yang memuaskan," ujar KCNA, Selasa (6/3).

Kantor berita tersebut tidak memberikan rincian tentang kesepakatan yang dimaksud. Namun seorang pejabat Blue House di Seoul mengatakan kesepakatan itu menyangkut undangan kunjungan yang disampaikan oleh Korut.

KCNA melaporkan, Kim Jong-un telah memberi perintah untuk melakukan langkah-langkah praktis guna menanggapi surat dari Moon yang disampaikan kepadanya oleh delegasi tersebut. "Dia juga melakukan pertukaran pandangan mendalam mengenai isu-isu untuk meredakan ketegangan militer akut di Semenanjung Korea dan mengaktifkan dialog, kontak, kerja sama, dan pertukaran," kata laporan tersebut.

Sebanyak delapan orang delegasi dari Korsel yang dipimpin oleh Kepala Kantor Keamanan Nasional Korsel Chung Eui-yong, melakukan perjalanan ke ibu kota Korut, Pyongyang, pada Senin (5/3). Mereka berharap kunjungan ini dapat mendorong Korut dan Amerika Serikat (AS) untuk bisa saling berbicara satu sama lain.

Washington dan Pyongyang telah berselisih selama berbulan-bulan mengenai program nuklir dan rudal Korut. Presiden AS Donald Trump dan Kim Jong-un saling menghina dan mengancam perang.

Korut telah mengembangkan rudal bertenaga nuklir yang mampu menjangkau wilayah AS. Akan tetapi, Pyongyang dan Washington mengatakan mereka masih menginginkan solusi diplomatik untuk menyelesaikan masalah ini.

Juru bicara kantor kepresidenan Korsel, Kim Eui-kyeom, mengatakan selama kunjungan ke Pyongyang, delegasi Korsel bertemu dengan Kim Jong-un, saudara perempuannya Kim Yo-jong, istri Kim Jong-un, dan sejumlah pejabat lainnya. Delegasi tersebut akan menyelesaikan lawatan dua harinya di Pyongyang pada Selasa (6/3), setelah melakukan pertemuan lain dengan pejabat Korut lainnya.

Di Seoul, sebelum berangkat ke Pyongyang, Chung mengatakan timnya akan menyampaikan keinginan presiden Moon untuk melakukan denuklirisasi di semenanjung Korea dan mengupayakan perdamaian permanen.

Baik Korut maupun AS telah mengatakan mereka terbuka untuk melakukan perundingan. Namun AS bersikeras perundingan harus berakhir pada denuklirisasi Korut, yang kemudian ditolak Pyongyang.

Presiden Moon juga tetap waspada terhadap ambisi senjata Korut. Pada Selasa (6/3), ia mengatakan Korsel harus memperkuat pertahanannya seiring dengan berjalannya perundingan dengan Pyongyang.

Lembaga pemantauan Korut yang berbasis di Washington, 38 North, mengatakan gambar satelit pekan lalu mengindikasikan reaktor nuklir utama Korut sudah dapat beroperasi. Dengan demikian, negara itu bisa memulai produksi plutonium untuk program senjata nuklirnya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement