REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasatgas Nusantara Polri Irjen Pol Gatot Eddy Pramono mengklaim, kekerasan yang menimpa tiga ulama merupakan peristiwa spontan atau tidak terhubung satu sama lain. "Ini kejadian spontan, dikapitalisasi sedemikian rupa, dibumbui," kata Gatot dalam diskusi Indonesia Lawyers Club (ILC) bertema Siapa Dibalik MCA, Selasa (6/3).
Dia mengatakan, hal itu merupakan hasil pengamatan polisi selama dua bulan di Lamongan, Jawa Timur untuk mengetahui apakah ada hubungan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) satu dan lainnya. Berdasarkan pemeriksaan saksi di darat, dia mengklaim, peristiwa kekerasan terhadap ulama tak memiliki benang merah terkait.
Namun, dia mengatakan, berdasarkan penyelidikan polisi di udara, aparat menemukan fakta keterkaitan informasi satu koneksi dan lain, seperti, di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten.
Gatot mengatakan, untuk meyakinkan hasil pengamatan, kepolisian menggandeng psikiater. Hasilnya, ODGJ di Cicalengka memiliki gangguan jiwa, di Cigondewa memiliki gangguan kepribadian, di Lamongan mengalami gangguan jiwa. "Yang sampaikan dokter psikiater, katakan riil terjadi di lapangan," ujar dia.
Dia mengatakan, polisi belum menemukan seseorang yang mendesain atau mengorganisasi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Dia menyatakan, kepolisian terus mendalami dan menyelidiki kasus kekerasan terhadap ulama.