Rabu 07 Mar 2018 11:40 WIB

Jalur Sutra, Sarana Interaksi Peradaban Dunia

Rute Jalur Sutra sempat mengalami perluasan pada 114 SM.

Jalur Sutra/Ilustrasi
Foto: Wikipedia
Jalur Sutra/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Jalan Sutra atau lebih dikenal dengan sebutan Jalur Sutra adalah jaringan rute perdagangan yang membentang sepanjang ribuan kilometer di benua Asia. Jalur yang menghubungkan peradaban Barat dan Timur ini menjadi sarana transmisi kebudayaan penting di dunia sejak berabad-abad yang lampau.


Penamaan Jalur Sutra mengacu pada kegiatan perdagangan sutra yang dilakukan oleh para pedagang Cina di sepanjang jalan tersebut semasa pemerintahan Dinasti Han (206 SM-220 M). Istilah ini mulai populer digunakan masyarakat luas setelah ahli geografi asal Jerman, Ferdinand von Richthofen, menyebut Silk Road (Jalur Sutra) dalam beberapa kali ekspedisinya ke Cina antara 1868-1872.

Beberapa bagian dari rute Jalur Sutra sempat mengalami perluasan pada 114 SM ketika utusan Kekaisaran Cina, Zhang Qian, melakukan misi dan eksplorasinya di Asia Tengah. Menurut catatan, rute utama dari jaringan perdagangan tersebut memiliki panjang 6.437 km.

Sejarawan asal AS, Jerry Bentley, menuturkan, aktivitas perdagangan di Jalur Sutra merupakan faktor penting dalam perkembangan peradaban di Cina, anak benua India, Persia, Eropa, dan Jazirah Arab.

“Jalur ini menjadi sarana penghubung yang membuka interaksi politik dan ekonomi antarperadaban pada zaman kuno,” ungkap Bentley dalam bukunya, Old World Encounters: Cross-Cultural Contacts and Exchanges in Pre-Modern Times.

Meskipun sutra menjadi komoditas utama Cina pada masa itu, banyak pula barang lainnya yang juga diperdagangkan lewat jalur ini. Pada periode-periode peradaban tertentu, rute ini selalu ramai dilewati para pedagang, pengelana, biarawan, tentara, dan kaum nomaden dari berbagai negara.

Sebagai hasilnya, Jalur Sutra juga memainkan peranan penting dalam proses akulturasi masyarakat di kawasan yang dilalui oleh rute tersebut. “Akulturasi yang terjadi bukan hanya di bidang budaya, melainkan juga agama, filsafat, dan teknologi,” ujar Bentley.

Selain bangsa Cina, kaum pedagang utama lainnya yang ikut melintasi Jalur Sutra pada zaman kuno juga berasal dari bangsa Persia, Yunani, Suriah, Romawi, Armenia, India, dan Baktrian (masyarakat kuno yang mendiami wilayah Afghanistan dan Uzbekistan sekarang —Red). Selanjutnya, pada periode kedatangan Islam, para pedagang Arab juga menjadi salah satu bangsa pedagang yang paling menonjol di jalur ini.

Pada 22 Juni 2014, UNESCO menetapkan jalan kuno sepanjang 5.000 km dari Jalur Sutra yang membentang dari Cina Tengah hingga wilayah Zhetsyu di Asia Tengah sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage Sites). Rute yang dikenal sebagai Koridor Chang'an-Tianshan ini melintasi beberapa negara, mencakup Cina, Kazakhstan, dan Kirgizstan.

Menurut UNESCO, jaringan jalan yang dibentuk oleh Jalur Sutra secara keseluruhan memiliki panjang hingga 35 ribu km. Beberapa dari rute-rute tersebut telah digunakan selama ribuan tahun. Aktivitas perdagangan di Jalur Sutra makin meningkat pada abad kedua SM. “Jalur ini terus dimanfaatkan sebagai rute perdagangan utama dunia sampai abad ke-16,” ungkap UNESCO.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement