REPUBLIKA.CO.ID,KOLOMBO -- Para pemimpin organisasi Muslim di Sri Lanka memberikan dukungan penuh kepada Presiden Maithripala Sirisena untuk membangun suasana damai yang kondusif bagi semua warga Sri Lanka agar hidup dalam damai dan harmonis. Pernyataan ini diungkapkan dalam sebuah pertemuan yang diadakan oleh Presiden dengan anggota organisasi Muslim pada Rabu (7/3) di Kantor Presiden.
Dilansir di portal berita resmi pemerintah Sri Lanka News.LK, Kamis (8/3), mereka bertemu untuk membahas situasi yang tengah genting di negara tersebut. Dalam pertemuan itu, hadir para pemimpin All Ceylon Jamiyyathul Ulama (ACJU) dan anggota Masyarakat Sipil Muslim.
Sirisena menunjukkan, bahwa hanya sekelompok kecil elemen ekstremis yang bertanggung jawab atas tindakan-tindakan yang mengerikan di sana. Ia menjelaskan kepada perwakilan ormas tersebut, bahwa pemerintah sudah menangkap dan melakukan tindakan hukum terhadap mereka yang melakukan kerusuhan.
Sirisena mengatakan, bahwa pemerintah telah mengambil setiap tindakan yang diperlukan untuk membangun negara yang damai bagi semua orang untuk hidup dalam kedamaian dan harmoni.
Sementara itu, perwakilan kelompok Muslim mengungkapkan keprihatinan mereka atas insiden-insiden bermasalah yang terjadi di beberapa tempat di Distrik Kandy. Mereka meminta Presiden Sirisena untuk mengambil setiap langkah yang mungkin untuk mencegah bentrokan semacam itu terjadi lagi. Hal itu terlepas dari identitas agama atau etnis pelaku kejahatan tersebut.
Mereka menyatakan keyakinannya bahwa hanya Presiden Sirisena yang bisa menerapkan solusi jangka panjang untuk memastikan bentrokan semacam itu tidak akan terjadi berulang-ulang. Mereka juga yakin jika pemerintah bisa menemukan solusi abadi untuk masalah ini selama masa jabatan Presiden Sirina tersebut.
Perwakilan Muslim mengatakan, bahwa tindakan hukum harus dilakukan terhadap individu-individu yang terlibat dalam tindakan anti-sosial semacam itu tanpa mempertimbangkan posisi mereka. Mereka juga mendesak presiden agar tidak membiarkan media sosial membangkitkan permusuhan etnis melalui propaganda palsu.