Sabtu 10 Mar 2018 00:11 WIB

Korban Terorisme Berharap tak Ada Lagi Teror di Indonesia

Penyintas tak ingin ada korban sia-sia akibat aksi terorisme.

Korban  terorisme   menghadiri  acara Silaturahmi Kebangsaan Negara Kesatuan NKRI (Satukan NKRI) di Jakarta, Rabu,(28/2).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Korban terorisme menghadiri acara Silaturahmi Kebangsaan Negara Kesatuan NKRI (Satukan NKRI) di Jakarta, Rabu,(28/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah korban terorisme atau penyintas berharap tak ada lagi aksi teror di Indonesia sehingga tak timbul korban sia-sia. "Cukuplah, jangan ada lagi teror di negara kita. Mari kita jaga keutuhan NKRI tercinta ini," kata Chusnul Chotimah, korban Bom Bali, dikutip dari siaran pers di Jakarta, Jumat (9/3).

Chusnul merupakan salah satu penyintas yang hadir dalam pertemuan dengan mantan narapidana terorisme yang digelar oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) akhir Februari lalu. Dalam acara bertajuk Silaturahmi Kebangsaan (Satukan) NKRI itu hadir para korban bom Bali, bom Marriot, bom Kedubes Australia, bom Thamrin, dan lain-lain.

Chusnul mengaku telah memaafkan pelaku peledakan bom yang membuat dirinya cacat seumur hidup akibat luka bakar itu. "Untuk apa kita dendam karena dendam tidak akan mengubah bentuk saya," tukas Chusnul yang sempat menjalani operasi plastik, tetapi kondisi tubuhnya tetap tidak bisa kembali seperti semula.

Chusnul mengaku sempat dendam kesumat kepada para pelaku. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mengaku berusaha belajar ikhlas dan menerima takdirnya. Kini ia merasa lebih lega dan ingin menjalani hidup lebih tenang.

"Dari air kita belajar ketenangan, dari batu kita belajar kekuatan, dari tanah kita belajar kehidupan, dan dari kekerasan kita belajar hidup cinta damai," katanya.

Hal serupa diungkapkan korban bom Kedubes Australia 9 September 2004 Iwan Setiawan. Menurut dia, rasa dendam kepada pelaku sebaiknya tidak terus dipelihara.

"Mereka (mantan napiter) juga manusia yang punya rasa salah. Mungkin waktu itu mereka khilaf. Kalau mereka minta maaf, saya maafkan," katanya.

Dalam peristiwa ledakan bom itu, Iwan kehilangan istri dan mata kanannya. Ia pun akhirnya kehilangan pekerjaan nya sebagai pegawai bank.

"Pesan saya jangan membalas kekerasan dengan kekerasan baru, kalau mereka menebarkan api, kita harus menebarkan air," kata Iwan yang kini mengandalkan hidup dengan membuka usaha jual beli dan servis komputer dengan label Bom Bom Komputer di Pondok Cina, Depok.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement