Senin 12 Mar 2018 20:11 WIB

KLHK Fokus Kurangi Sampah Rumah Tangga dari Hulu

Perpres dibuat sebagai terobosan untuk menangani sampah lebih cepat.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah truk sampah mengantre untuk membuang sampah di kawasan TPST Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (9/3).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah truk sampah mengantre untuk membuang sampah di kawasan TPST Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (9/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Pemerintah berupaya meningkatkan tingkat pengurangan sampah rumah tangga hingga mencapai sekitar 12 juta ton per tahun. Hal itu merupakan implementasi dari Peraturan Presiden (Perpres) nomor 97 tahun 2017 tentang kebijakan dan Strategi Nasional (Jaktranas) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Pengurangan sampah diperlukan untuk meminimalisir jumlah sampah yang harus dikirim ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). "Perpres ini terobosan untuk menangani sampah lebih cepat. Kita ingin 2018 pengurangan sampah menjadi 11,97 juta ton per tahun," ujar Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Novrizal Tahar di Balikpapan, Senin (12/3).

Novrizal mengatakan, Perpres tersebut mendorong dua hal prioritas dalam pengelolaan sampah. Yakni pengurangan maupun penanganan. Ia mengaku, timbunan sampah nasional pada 2017 mencapai 65,8 juta ton. Sementara, capaian pengurangan sampah nasional hanya sebesar 1,3 juta ton atau hanya 2,12 persen dari total timbulan sampah.

Novrizal menilai, capaian itu perlu ditingkatkan. Ia mengaku, dengan adanya Perpres tersebut diharapkan seluruh pemangku kepentingan bisa bekerja sama dan meningkatkan fokus pada pengurangan sampah.

Ia menjelaskan, pengurangan sampah bergantung pada kesadaran masyarakat untuk memilah sampah. Dengan kesadaran yang dibangun sejak hulu, proses pemanfaatan sampah bisa ditingkatkan. Hal itu dilakukan dengan cara mendaur ulang sampah anorganik maupun pembuatan pupuk kompos untuk sampah organik. Dengan upaya tersebut, Novrizal mengatakan, beban TPA dalam menampung sampah akan semakin ringan.

"Pengurangan yang kita incar adalah dari produsennya. Kita harus mendorong gerakan besar agar masyarakat memiliki kesadaran," ujar Novrizal. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement