Selasa 13 Mar 2018 14:23 WIB

Kiprah Santri Indonesia yang Ajarkan Bahasa Ibrani

Sapri pernah dituduh sebagai antek atau mata-mata Israel.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Siswa Sapri Sale yang mempelajari bahasa Ibrani di Jakarta, Februari 2018.
Foto: Times of Israel
Siswa Sapri Sale yang mempelajari bahasa Ibrani di Jakarta, Februari 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sapri Sale adalah orang Indonesia pertama yang membuka kursus bahasa Ibrani di Jakarta. Ia juga meluncurkan kamus Ibrani-Indonesia pertama yang ada di dunia.

Sapri adalah seorang Muslim kelahiran Palu, Sulawesi Tengah, 52 tahun silam. Kegiatannya sehari-hari adalah mengajar meski tidak selalu mengajarkan bahasa Ibrani.

"Tujuan saya mengajarkan (bahasa Ibrani) adalah agar orang-orang belajar tentang budaya dan teknologi Israel," kata Sapri dilansir di Times of Israel, Selasa (13/3).

Menurutnya, banyak orang Indonesia tidak mengerti situasi sebenarnya. Sapri membuka dua kelas di Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Jakarta Pusat.

Ada sekitar 20 siswa yang mengikuti pelajaran setiap Senin dan Rabu selama kurang lebih 1,5 jam. Tujuan utamanya agar mereka mengerti bahasa Ibrani dasar setelah delapan pekan.

Perjalanan kelas ini bukan tanpa hambatan. Banyak pihak mengkritik dan mengecam. Sapri pernah dituduh sebagai antek atau mata-mata Israel.

"Murid-murid saya beragam, Muslim, Kristen, tapi sebagian besar Kristen," kata dia.

Sapri memperkirakan dan yakin akan ada banyak siswa Muslim yang ikut kelasnya di masa depan. Ia menyampaikan ada banyak kesamaan antara bahasa Ibrani dan Arab.

Bahasa Ibrani bahkan lebih mudah dipelajari. Menurutnya, sebagian besar siswa ikut kursus karena ingin mempelajari budaya dan bahasa baru.

Sapri menceritakan awal ketertarikan pada bahasa Ibrani dimulai pada 1990-an. Saat itu ia menjadi mahasiswa sastra Arab di Al Azhar University Kairo, Mesir.

Ia mengakui masih banyak stigma negatif tentang Yahudi di dunia Arab Sehingga semua yang terkait dengan mereka dinilai harus dijauhi. Bahkan, mempelajarinya dianggap seperti aksi dukungan.

photo
Pengajar bahasa Ibrani Sapri Sale (tengah, berkemeja putih)bersama muridnya di Jakarta, Februari 2018. (Times of Israel/Conny Dwirani)

Padahal Sapri yakin Ibrani adalah bahasa yang penting dan tidak boleh disamakan dengan kebijakan negara tertentu. "Saya mengajar bahasa Ibrani untuk membuat orang belajar tentang budaya dan teknologi mereka (Israel)," katanya.

Sama seperti saat belajar bahasa Jepang atau bahasa dan negara lain untuk mempelajari budaya dan teknologi mereka. Mempelajari bahasa bisa menjadi gerbang untuk mengetahui apa yang ada di 'kepala'.

Sapri membuka kursus bahasa Ibrani pertamanya di Pusat Akademik Israel di Kairo. Saat itu ia penasaran dengan stigma negatif Yahudi di dunia Arab. Menurutnya, ini tidak masuk akal.

Sapri yang seorang santri ini mulai mengerjakan kamus Ibrani-Indonesianya pada 2006. Pada 2016, buku berisi 35 ribu kata tersebut berhasil diluncurkan. Kamus ini diberi nama Milon Rishon.

Peluncurannya disambut hangat oleh banyak pihak. Mulai dari gereja, komunitas Yahudi, mahasiswa hingga universitas Islam. Ratusan buku dikirim ke komunitas Muslim dan Kristen di Indonesia.

Saat ini ia sedang mengerjakan buku lain tentang bahasa Ibrani. Satu buku berisi panduan untuk orang Indonesia jika ingin pergi ke Israel dan buku lain tentang tata bahasa bahasa Ibrani.

"Saya yakin ini akan jadi jalan untuk realisasi dialog antara kedua negara," kata pria yang pernah ke Israel sekali ini.

Sekarang, Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Selama ini pejabat Israel selalu melalui jalur lain jika ingin berhubungan dengan pemerintah Indonesia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement