REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Candi Muara Takus yang terletak di Muara Takus, Kabuaten Kampar, Provinsi Riau, makin ramai dikunjungi wisatawan. Peningkatan salah satunya berkat upaya pemerintah setempat menggiatkan promosi objek wisata.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau Fahmizal Usman di Pekanbaru, Rabu (14/3) menyatakan jumlah kunjungan wisatawan setiap bulan pada 2018 ini rata-rata mencapai 3.000-an orang yang berkunjung ke satu-satunya situs peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau.
Untuk wisatawan asing yang berkunjung biasanya merupakan biksu dari Thailand, Myanmar, Vietnam, Singapura dan malaysia.
Candi Muara Takus adalah situs candi tertua di Sumatra yang bersifat Buddhis dan arsitektur candi yang dibuat dari batu pasir, batu sungai dan batu bata ini juga mempunyai kemiripan dengan arsitektur candi-candi di Myanmar.
Candi di Kecamatan 13 Koto Kampar yang berjarak 128 Km dari Kota Pekanbaru arah ke Bukittinggi, Sumatra Barat, itu banyak dikunjungi oleh wisatawan minat khusus yang mempunyai ketertarikan terhadap sejarah serta wisatawan asing yang ingin melihat lokasi peribadatan mereka.
Fahmizal menyatakan pengelolaan Candi Muara Takus berada di Balai Pelestarian Cagar Budaya Batusangkar, Sumatra Barat, namun agar pengelolaannya bisa berjalan lebih optimal, gubernur sudah menyurati kementerian terkait agar ada BPCB sendiri di Riau.
Dalam meningkatkan kunjungan wisatawan ke Muara Takus pihaknya telah memperbaiki sarana ke lokasi candi. Misalnya pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp 71 miliar untuk perbaikan jalan. Kini wisatawan yang akan berkunjung ke sana bisa menikmati perjalan lebih nyaman.
Sarana di lokasi candi untuk keperluan pengunjung juga dibenahi seperti toilet dan tempat bersantai. Dinas Pariwisata provinsi juga sudah mendorong agar Pemkab Kampar melakukan perbaikan terhadap fasilitas yang masih kurang.
Upaya promosi yang dilakukan, menurut Fahmizal, terus digencarkan seperti pada 2017 saat diadakan pemilihan bujang dan dara provinsi Riau tema yang diamil adalah tentang Muara Takus.
Untuk kenyamanan wisatawan di lokasi, pihaknya sudah melakukan pembinaan terhadap masyarakat setempat dengan membentuk kelompok sadar wisata, dalam membantu wisatawan mendapatkan informasi tentang keberadaan Candi Muara Takus tersebut.
"Kita masih perlu waktu dalam menyediakan aksesibilitas, atraksi, dan fasilitas memadai bagi kenyamanan wisatawan yang berkunjung kesana," ujar Fahmi.
Seorang wisatawan Ardilla menyatakan di komplek candi juga ada beberapa tempat penjual makanan ringan dan minuman dan tidak perlu panik kalau di tengah teriknya panas merasa kehausan. "Toiletnya juga lumayan bersih dan juga ada Mushala. Selain itu di luar komplek candi banyak pohon rindang untuk berteduh. Bahkan ada keluarga yang menggelar tikar dan santap siang," ujarnya.
Ketika memasuki lokasi candi pengunjung diberi tiket parkir dan biaya masuk sebesar Rp 5.000 per orang, tanpa ada biaya tidak resmi lainnya.
Ada beberapa kotak sumbangan dari kardus terbuka, itupun tulisannya tidak diwajibkan. Kardus ini diletakkan di toilet dan di gerbang komplek candi. "Jumlah pengunjung ke candi ini tidaklah banyak, saat-saat ramai biasanya memang saat libur akhir pekan atau saat ada tur sekolah dan keluarga," ujarnya.