REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah yang dinukilkan oleh Abdullah bin Mas'ud RA langsung dari Rasulullah SAW berikut ini menggambarkan betapa rahmat Allah SWT sangatlah luas. Siapa pun tak boleh berputus asa dan berhenti berharap kasih sayang-Nya. Dalam surah az-Zumar ayat 53, Allah menegaskan sebagai berikut:
“Katakanlah: ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.”
Rasul mengisahkan, terdapat seorang yang berada di neraka. Ia terus berusaha melewati dahsyatnya panas api neraka. Terkadang ia mampu berjalan kaki, namun sesekali terjatuh telungkup, sering kali hangus dibakar api neraka. Jatuh bangun ia berusaha melewati siksaan demi siksaan. Acap kali berhasil selangkah, ia mengharap bantuan Allah.
Dengan tertatih dan dalam waktu yang lama, ia pun berhasil meninggalkan neraka. Segera ia berseru, “Segala puji Allah yang menyelamatkanku darimu, hai neraka!” Tentu saja, dia bersyukur karena tak ada yang mampu melewati neraka kecuali dia.
Namun, keluar dari neraka bukan akhir dari penderitaan atas hukuman dampak bermaksiat di dunia. Ia masih merasakan panas yang sangat dan begitu kehausan. Ia pun melihat sekeliling dan tertuju pada sebuah pohon. Namun, jaraknya sangat jauh. Ia pun meminta kepada Allah agar mendekatkannya, “Ya Allah, mohon dekatkan aku ke pohon itu. Aku ingin berteduh di bawahnya dan meminum airnya,” pinta orang itu.
Allah pun bertanya padanya, “Wahai cucu Adam, jika Aku dekatkan kau ke pohon itu, apa kau akan meminta hal lain lagi kepada-Ku?” Orang itu pun segera menjawab, “Tidak wahai Rabbku, aku berjanji tidak akan meminta hal lain,” ujarnya yang tak sabar menikmati keteduhan di bawah pohon setelah sekian lama dihukum di neraka.
Saat itu, pohon yang di hadapan matanya sangat menggiurkan. Allah pun mengabulkan permintaannya. Ia pun berada di bawah pohon itu, kemudian segera meminum air darinya.
Namun, setelah itu, ia kembali melihat sebuah pohon. Namun, pohon yang dilihatnya lebih rindang dan lebih indah daripada pohon pertama yang ia telah berteduh di bawahnya. Melihatnya, lupa sudah janjinya.
Ia kembali meminta pertolongan Allah agar didekatkan pada pohon kedua itu. “Wahai Allah, mohon dekatkan aku ke pohon itu. Aku ingin berteduh di bawahnya dan meminum airnya. Aku tidak akan meminta hal lain lagi,” pintanya.
Allah pun berfirman, “Hai cucu Adam, bukankah kau telah berjanji tak akan meminta hal lain?”
Orang itu pun menjawab, “Iya, benar ya Allah, tapi kali ini saja. Aku benar-benar tak akan meminta hal lain lagi,” pintanya merengek.
Allah pun memaklumi dan dengan kasih sayang-Nya, Allah mendekatkan orang itu ke pohon kedua. Orang itu pun dapat berteduh di pohon yang jauh lebih indah dan rindang dari pohon pertama itu.
Namun, ternyata pohon kedua itu berada dekat dengan pintu surga. Setibanya di pohon tersebut, ia mendengar suara penghuni surga yang diliputi kebahagiaan. Apa daya, ia tak kuasa ingin memasukinya. Lagi, ia melanggar janjinya dengan Allah. Ia kembali meminta kepada Allah, ia ingin agar Allah memasukkannya ke dalam surga.
“Ya Allah ya Rabb, Masukkanlah aku ke sana,” pintanya, menunjuk pada surga yang kenikmatannya tak pernah terbayang oleh manusia di bumi.
Allah pun kembali berkata, “Hai cucu Adam! Hal apa yang membuatmu puas, apakah kau ingin Aku berikan dunia dan segala isinya?”
Orang itu pun menjawab, “Ya Tuhanku, apakah Kau tengah mengejekku? Tentu saja Kaulah Tuhan pemilik alam semesta,” ujarnya.
Allah pun tertawa seraya berfirman, “Aku tidak mengejekmu, tapi Aku Mahakuasa mewujudkan apa yang kau inginkan.”
Maka dimasukkanlah orang itu ke dalam surga dengan rahmat dan kasih sayang-Nya. Ia pun berkumpul dengan hamba Allah yang lain yang tak pernah menyekutukan-Nya. Dia pun menjadi orang terakhir yang masuk surga, sang penghuni surga terakhir.