REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengkritik cara diplomasi Amerika Serikat (AS) dalam menghadapi Korea Utara (Korut). Menurut Lavrov, AS selalu ingin menekan Korut walaupun negara tersebut telah menunjukkan tanda-tanda ingin berunding.
"Ketika Presiden AS Donald Trump mengatakan dia siap bertemu dengan pemimpin Korut Kim Jong-un dan menyelesaikan semua masalah, pejabat pemerintahan AS bergegas mengatakan tekanan lebih lanjut terhadap Pyongyang diperlukan karena (waktu perundingan) telah mundur," kata Lavrov, dikutip laman kantor berita Rusia TASS, Sabtu (17/3).
Menuru Lavrov, apa yang dilakukan pemerintah AS bukan praktik diplomasi. "Ketika sebuah pertemuan disetujui, biasanya berusaha menghargai kesepakatan semacam itu daripada meminta tindakan yang dapat dianggap sebagai provokasi yang bertujuan memecah konferensi tingkat tinggi (KTT)," ujarnya.
Ia tak menampik Rusia sangat mengharapkan pertemuan antara Trump dan Kim Jong-un dapat benar-benar terwujud. "Ini memenuhi harapan kami saat pemimpin Korut dan AS, Kim Jong-un dan Donald Trump, mengumumkan kesiapan mereka bertemu secara pribadi. Jika pertemuan semacam ini terjadi, kami akan sangat bahagia," kata Lavrov.
Awal Maret lalu, Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in telah mengutus Penasihat Keamanan Nasional Chung Eui-yong dan Kepala Badan Intelijen Nasional Suh Hoonke Korut. Keduanya ditugaskan bertemu Kim Jong-un dan mengatur kemungkinan penyelenggaraan dialog yang tidak hanya melibatkan kedua negara, tapi juga AS.