REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Facebook akhirnya menskors sebuah Cambridge Analytica, firma analisis data politik yang menggarap iklan di Facebook untuk Presiden Donald Trump selama pemilihan presiden AS 2016. Perusahaan media sosial terbesar ini menuding Cambridge Analytica berbohong sudah menghapus data user Facebook yang didapatkan dari aplikasi tes psikologi yang populer. Data itu digunakan untuk kepentingan kampanye Trump.
Dalam sebuah unggahan di blog, Facebook menjelaskan, profesor psikologi Universitas Cambridge, Dr Aleksandr Kogan membuat sebuah aplikasi bernama thisisyourdigitallife. Aplikasi tersebut meminta pengguna untuk menjawab pertanyaan untuk membangun profil psikologis.
Menurut jaringan sosial itu, Kogan telah berbohong kepada Facebook dengan menyampaikan data yang ia dapatkan tersebut ke Strategic Communication Laboratories (SCL) dan Cambridge Analytica tanpa memberi tahu pengguna. Efeknya, memungkinkan perusahaan untuk mengubah halaman yang tidak berbahaya seperti tanda suka dan data pengguna Facebook lainnya menjadi informasi yang diambil untuk kepentingan politik.
"Dengan begitu, (pengguna) memberikan persetujuan mereka kepada Kogan untuk mengakses informasi seperti kota yang mereka tentukan di profil mereka, atau konten yang mereka sukai, serta informasi yang lebih terbatas tentang teman-teman yang memiliki pengaturan privasi mereka," kata Facebook dilansir dari CNBC International, Ahad (18/3).
Menurut catatan Komisi Pemilu Federal AS, dalam kampanyenya, Trump membayar Cambridge Analytica lebih dari 6 juta dolar AS untuk menargetkan iklan Facebook berdasarkan data pemilih yang dikumpulkannya selama masa kampanye.
Aplikasi tersebut sudah dilarang dari 2015. Cambridge Analytica mengatakan, mereka telah menghapus semua data darinya. Namun, Facebook mengklaim, baru-baru ini mereka menerima laporan perusahaan tersebut sebenarnya tidak menghapus semua informasi. Itu membuat Facebook menskors SCL dan Cambridge Analytica sampai pemberitahuan lebih lanjut dan menunggu penyelidikan internal.
Pada Sabtu (17/3) ini, Cambridge Analytica mengeluarkan sebuah pernyataan yang membantah tuduhan Facebook. "Perusahaan sepenuhnya mematuhi persyaratan layanan Facebook dan saat ini masih berhubungan dengan Facebook untuk menyelesaikan masalah ini secepat mungkin," kata Cambridge Analytica.
Sebelumnya, langkah tersebut dilakukan saat Facebook terus menghadapi dampak dari pemilihan presiden 2016 lalu. Ini juga termasuk sebuah dakwaan baru - baru ini terhadap beberapa warga negara Rusia oleh sebab melakukan kampanye dalam upaya memperluas perpecahan politik di Amerika dan mempengaruhi pemilihan tersebut.