REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengaku belum mengkaji secara khusus tentang usulan presiden RI Joko Widodo tentang kredit pendidikan atau student loan. Kendati demikian, Nasir mengaku dia menyambut positif usulan adanya kredit pendidikan di Indonesia.
"Sampai saat ini masih dikaji oleh Menteri Perekonomian, karena ini arahnya bisnis. Jadi, kami belum bahas, belum bentuk tim khusus juga," kata Nasir di gedung Kemenristekdikti, Jakarta, Selasa (20/3).
Meski belum dibahas, Nasir mengatakan, dia telah memiliki rancangan modul pendidikan untuk kredit pendidikan tersebut. Misalnya, kredit pendidikan tersebut hanya ditujukan untuk program studi (prodi) science, technology, engineering, and mathematics (STEM) di perguruan tinggi.
Adapun untuk prodi humaniora, kata Nasir, kemungkinan kecil tidak akan diberi selot untuk kredit pendidikan. Meski begitu, dia pun tidak menutup kemungkinan, nanti akan memperbolehkan kredit pendidikan bagi prodi humaniora. Itu pun jika nanti ada hal-hal mendesak yang mengharuskan hal tersebut.
"Jika telah disetujui, nanti kami akan dorong kredit pendidikan itu untuk prodi teknik, kedokteran, teknologi informatika, yang bisa dorong perekonomian bangsa," kata Nasir.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengusulkan agar perbankan mengucurkan dana pendidikan. Jokowi melontarkan ide ini dalam rapat terbatas yang membahas soal "Peningkatan Sumber Daya Manusia Indonesia" di Kantor Presiden, Kamis (15/3).
"Dalam pertemuan dengan perbankan nasional, saya sudah menantang perbankan untuk mengeluarkan produk kredit pendidikan, atau kalau di Amerika dinamakan student loan," kata Jokowi.
Gumanti Awaliyah