Selasa 20 Mar 2018 17:00 WIB

Survei Pilwalkot Makassar, Pejawat Unggul

Survei melibatkan 1000 responden yang tersebar secara proporsional di 15 kecamatan.

Pasangan Moh Ramdhan Pomanto (kiri)-Indira Mulyasari Paramastuti (dua kiri) dan pasangan Munafri Arifuddin (dua kanan)-Andi Rachmatika Dewi (kanan) didampingi ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) kota Makassar Syarief Amir (tengah) mengambil nomor urut pada rapat pleno penetapan nomor urut pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Makassar di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (13/2).
Foto: Antara/Abriawan Abhe
Pasangan Moh Ramdhan Pomanto (kiri)-Indira Mulyasari Paramastuti (dua kiri) dan pasangan Munafri Arifuddin (dua kanan)-Andi Rachmatika Dewi (kanan) didampingi ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) kota Makassar Syarief Amir (tengah) mengambil nomor urut pada rapat pleno penetapan nomor urut pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Makassar di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (13/2).

REPUBLIKA.CO.ID,  MAKASSAR - Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto-Indira Mulyasari (DIAmi) mendominasi hasil survei dibandingkan pasangan Munafri Arifuddin-Abdi Rachmatika Dewi (Appi-Cicu). Dominasi ini terlihat dari hasil survei Pilkada Kota Makassar 2018 yang dilakukan Celebes Research.

 

Hal tersebut disampaikan Direktur Celebes Research Center (CRC) Herman Heizer saat merilis hasil survei preferensi pemilih Pilkada Makassar 2018 di Hotel Aryaduta, Selasa (20/3).

 

Berdasarkan hasil survei CRC, tingkat elektabilitas pasangan calon nomor urut 1, Appi-Cicu tidak sampai seperlima dari jumlah responden atau sebesar 18,8 persen.

 

"Sedangkan paslon nomor urut 2, DIAmi, meraih 71,8 persen. 9,4 persen lainnya menjawab tidak tahu," ungkap Direktur CRC, Herman Heizer seperti dalam keterangan persnya.

 

Herman Heizer menyampaikan, margin of error survei yang dilakukan sebesar 2,9 persen dengan melibatkan 1000 responden yang tersebar secara proporsional di 15 kecamatan pada 1-14 Maret 2018.

 

Multistage random sampling adalah metode survei yang digunakan, yakni melakukan pengacakan bertingkat terhadap sampel yang terbagi rata.

 

"Namun ini bukan prediksi tentang siapa yang akan memenangkan pilkada pada Juni mendatang. Data ini merupakan hasil potret pada saat survei dilakukan. Hal ini bisa saja berubah bergantung dari pergerakan tim," ujar Herman.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement