REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyetujui penggunaan laba bersih sebesar 55 persen sebagai saldo laba ditahan. Modal tersebut akan mendukung ekspansi BRI ke depan. Hal tersebut disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2018 di Kantor Pusat BRI, Jakarta, Kamis (22/3).
Direktur Utama BRI, Suprajarto, mengatakan, RUPST menyetujui penggunaan laba bersih konsolidasi untuk tahun buku 2017 sebesar Rp 28,996 triliun. Dengan rincian deviden reguler sebesar 30 persen atau Rp 8,69 triliun dan deviden spesial sebesar 15 persen atau Rp 4,34 triliun.
Total deviden sebesar 45 persen atau Rp 13,04 triliun ditetapkan sebagai deviden tunai. Nilai tersebut dibagikan kepada para pemegang saham. Khusus deviden bagian pemerintah dengan kepemilikan 57 persen sebesar Rp 7,4 triliun.
Kemudian sebesar 55 persen atau Rp 15,9 triliun akan digunakan sebagai saldo laba ditahan. "Sisanya 55 persen sebagai laba ditahan ini yang akan men-generate lebih baik lagi pertumbuhan kredit tahun depan," kata Suprajarto dalam konferensi pers di acara RUPST tersebut.
Laba bersih yang dimasukkan sebagai laba ditahan artinya akan masuk sebagai permodalan di dalam CAR. Suprajarto menambahkan, proyeksi laba 2018 sesuai rencana bisnis bank (RBB) yang telah susun 9-11 persen. Melihat realisasi pertumbuhan laba pada 2017 sudah di level dua digit yakni 10,6 persen.
"Tentu kita berharap dengan kondisi ekonomi cukup baik, baik perkembangan kredit dan simpanan sampai Februari cukup baik, kami optimistis bisa lebih dari itu," terangnya.