Sabtu 24 Mar 2018 02:17 WIB

Djarot dan Eddy Bersaing Ketat di Sumut, Ini Saran Qodari

Indo Barometer baru merilis hasil survei Pilgub Sumut 2018.

Rep: Ali Mansur/ Red: Andri Saubani
Direktur Indo Barometer M. Qodari memaparkan penjelasan pada acara diskusi publik di Hotel Atlet Century Park, Jumat (23/3).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Direktur Indo Barometer M. Qodari memaparkan penjelasan pada acara diskusi publik di Hotel Atlet Century Park, Jumat (23/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga survei Indo Barometer menggelar survei elektabilitas calon gubernur di pemilihan kepala daerah (Pilkada) Sumatra Utara 2018. Hasilnya, elektabilitas mantan wakil gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengungguli Edy Rahyamadi. Survei sendiri dilakukan pada tanggal 4-10 Februari 2018 lalu di 33 kabupaten kota dengan responden sebanyak 800 orang.

Metode yang digunakan adalah multistage random sampling dengan margin of error sebesar 3,46 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. "Untuk hasil survei Pilkada Sumut, jujur dominan di Djarot. Pak Djarot memperoleh dukungan sebesar 27,8 persen," kata Direktur Indo Barometer M Qodari, dalam siaran pers yang diterima Republika, Jumat (23/3)

Jumlah persentase tersebut bersaing sangat ketat dengan Edy Rahmayadi dengan jumlah suara 27,4 persen. Kemudian JR Saragih memperoleh 9,4 persen. Sebelumnya JR Saragih diketahui tak lolos jadi cagub Sumut karena terkendala masalah ijazah.

Menanggapi hasil survei itu, Politikus PDI Perjuangan, Maruarar Sirait, mengajak kepada pasangan calon Gubernur Sumatera Utara Djarot Saiful Hidayat-Sihar PH Sitorus dan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah untuk mengedepankan politik berkualitas dan mengedepankan program.

Kedua pasangan ini juga, sambung Maruarar, bisa mencontoh kepada sikap negarawan Jokowi dan Prabowo. Saat Jokowi menang, Jokowi mengunjungi Prabowo dan mengundang pelantikan. Prabowo pun datang dan mengunjungi Jokowi. "Djarot maupun Edy harus saling mengunjungi. Kalau elit bersatu, rakyat juga bersatu," tutup Maruarar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement