REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Wali Kota Depok, Mohammad Idris mengatakan angka pengangguran, walaupun setiap tahunnya berkurang namun masih cukup tinggi dan mengkhawatirkan. "Memang terjadi kesenjangan pertumbuhan penduduk tinggi tak diimbangi dengan pertumbuhan perekonomian yang dapat menampung tenaga kerja," ujar Idris usai membuka Bursa Kerja 2018 di Dmall, Jalan Margonda, Depok, Senin, (26/3).
Menurut Idris, pertumbuhan ekonomi Depok hanya satu persen setiap tahunnya. Sedangkan pertumbuhan penduduk tiga hingga empat persen. "Tak sebanding, pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi," tegasnya.
Idris mengungkapkan, Dari 790 ribu tenaga kerja produktif, hanya terserap 7.000 hingga 8.000 tenaga kerja pertahun. "Diharapkan dengan adanya Bursa Kerja yang diadakan setiap tahunnya dapat membantu 10 pencari kerja setiap tahun dapat terserap. Tahun lalu Bursa Kerja hanya terserap 3.500 pencari kerja," jelasnya.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, Pemkot Depok merencanakan pembangunan pusat ekonomi di lima titik yang sudah ditetapkan di Perda Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW) yakni di Cimanggis, Cipayung, Bojongsari Sawangan dan Tapos.
Kepala Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Depok, Diah Sadiah menyatakan, berdasarkan perhitungan pada 2015, jumlah pengangguran di Depok ada 72 ribu orang. Pada 2014, jumlah pengangguran mencapai 86 ribu.
"Terjadi penurunan setiap tahun ada penurunan dan itu terbantu salah satunya dengan kegiatan Bursa Kerja. Pada 2017, lanjutnya, tenaga kerja yang terserap diperkirakan enam ribu orang. Kami belum mendapat datang angka pengangguran terbaru," pungkas Diah.