Sabtu 31 Mar 2018 17:32 WIB

Rusia Minta Inggris Tarik 50 Diplomatnya

Rusia dengan Barat mengalami krisis diplomatik menyusul aksi penyerangan Skripal.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ratna Puspita
Memanasnya hubungan Inggris dengan Rusia.
Foto: republika
Memanasnya hubungan Inggris dengan Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW — Pemerintah Rusia telah meminta Inggris menarik 50 diplomatnya yang ada di negara tersebut. Ini merupakan lanjutan dari pecahnya krisis diplomatik Rusia dengan Barat akibat dugaan keterlibatannya dalam aksi penyerangan Sergei Skripal.

Duta Besar Inggris untuk Rusia Laurie Bristow kembali dipanggil oleh Kementerian Luar Negeri Rusia pada Jumat (30/3). Seusai pertemuan tersebut, Bristow mengatakan negaranya memiliki waktu sebulan untuk memotong kontingen diplomatiknya di Rusia. 

Jumlah diplomatik Inggris di negara tersebut harus sama dengan misi Rusia di Inggris. Ketika ditanya apakah Inggris diminta membawa pulang 50 dipolomatnya dari Rusia, Bristow membenarkan. “Sedikit di atas 50 (diplomat),” kata dia dilansir dari Reuters, Sabtu (31/3). 

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova telah mengonfirmasi perihal pemulangan 50 diplomat Inggris dalam tempo waktu satu bulan. “Kami meminta paritas (kesepadanan). Orang Inggris memiliki50 diplomat lebih banyak daripada orang Rusia (di Inggris),” ujarnya.

Kasus penyerangan Sergei Skripal (66 tahun) dan putrinya Yulia (33 tahun) telah memicu krisis diplomatik Inggris dengan Rusia. Skripal merupakan warga Inggris yang pernah menjadi agen intelijen militer Rusia. 

Ia dan putrinya diserang menggunakan agen saraf kelas militer bernama Novichok pada 4 Maret lalu. Informasi terakhir, Skripal dan putrinya masih dalam keadaan kritis.

Inggris menuding Rusia menjadi dalang aksi penyerangan Skripal. Tuduhan ini didasarkan pada fakta bahwa agen saraf novichok pernah dikembangkan pada era Uni Soviet pada tahun 1970-an. Rusia membantah tegas tudingan tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan negaranya tidak lagi memiliki senjata kimia. Semua senjata kimia milik Rusia, kata Putin, telah dihancurkan di bawah pengawasan organisasi internasional.

Ketika aksi saling tuding masih berlangsung, Perdana Menteri InggrisTheresa May, pada 15 Maret lalu, memutuskan mengusir 23 diplomat Rusia darinegaranya. May mengklaim 23 diplomat yang diusirnya merupakan agen mata-mataRusia yang menyamar.

Rusia membalas hal tersebut dengan melakukan hal serupa. Kremlin mengusir 23 diplomat Inggris dan menghentikan seluruh kegiatan British Council di Rusia.

Kemudian pada Senin (26/3), Amerika Serikat (AS) memutuskan mengusir 60 diplomat Rusia dari negaranya dan memerintahkan penutupan konsulat Rusia di Seattle. Pengusiran ini dilakukan masih berkaitan dengan dugaan keterlibatan Rusia dalam aksi penyerangan Skripal.

Setidaknya 20 negara anggota Uni Eropa juga telah mendukung Inggris. Dukungan diberikan dengan cara mengusir diplomat-diplomat Rusia yang diyakini sebagai agen mata-mata. Sekitar 45 diplomat Rusia telah terusir dari beberapa negara Eropa hingga saat ini.

Pemerintah Australia juga mengambil tindakan serupa. Mereka mengusir dua diplomat Rusia guna menunjukkan solidaritas kepada Inggris. 

Lihat juga INFOGRAFIS MEMANASNYA HUBUNGAN INGGRIS DAN RUSIA

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement