Senin 02 Apr 2018 14:01 WIB

Perawat Ungkap Kejanggalan Saat Setnov Dirawat di RS Medika

Dua perawat hari ini menjadi saksi untuk terdakwa dokter Bimanesh Sutarjo.

Dokter Rumah Sakit Medika Permata Hijau Bimanesh Sutarjo menjalani sidang perdana di pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (8/3).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Dokter Rumah Sakit Medika Permata Hijau Bimanesh Sutarjo menjalani sidang perdana di pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (8/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setya Novanto disebut meminta obat merah dan lukanya diperban saat berada di ruang perawatan VIP RS Medika Permata Hijau, Jakarta. Hal ini terungkap dalam sidang lanjutan terdakwa Bimanesh Sutarjo, Senin (2/4).

"Sebelum saya keluar kamar itu, pasien mengatakan 'Kapan saya diperban?' yang tadinya dia diam saja, saya kaget, kenapa dia mengatakan 'kapan saya diperban?', Kok nanyanya seperti itu? Nadanya agak membentak, saya katakan ke pasien tunggu sebentar Pak saya ikut dokter visit dulu," kata perawat, Indri Astuti dalam sidang di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Senin.

Indri bersaksi untuk dokter RS Medika Permata Hijau dokter Bimanesh Sutarjo yang didakwa bekerja sama dengan advokat Fredrich Yunadi untuk menghindarkan ketua DPR Setya Novanto diperiksa dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi KTP-Elektronik. Fredrich di sidang dalam perkara terpisah.

"Saya lalu ke dokter Bimanesh di counter suster sedang membuat catatan dokter, kita berhadap-hadapan lalu datang Pak Frederich, salaman dengan dokter Bima dan saya, kemudian pengacara itu memberikan data resume pasien dari RS sebelumnya seperti rontgen," ungkap Indri.

Indri pun memberanikan diri untuk melaporkan permintaan Setnov kepada Bimanesh.

"Dok ini kan ada injeksi, pasang infus ya dok, dok itu memang diperban lukanya? Dokter Bimanesh mengatakan 'ya sudah diperban saja demi kenyamanan pasien'," tambah Indri.

Indri pun melaksanakan perintah Bimanesh itu bersama dengan rekannya yagn sedang berjaga di ruang VIP.

"Saya suruh Nurul ambil Betadine dan kassa untuk membersihkan luka. Saya ke kamar pasien membersihkan lukanya dengan Betadine tapi saya dikejutkan kembali dengan kata-kata si pasein dia minta obat merah. Saya makin bingung saja ini orang maunya apa? Obat merah tidak ada di rumah sakit, apa ini kok obat merah, lukanya tidak ada berdarah-darah, saya kebawa suasana jadi agak ketus sama pasien," jelas Indri.

Ia pun mengaku tidak memberikan pelayanan dengan ikhlas dan tangannya bergetar.

"Saya melakukan dengan tangan gemetar karena tidak mau melakukannya, lalu akhirnya saya pakaikan betadine, lalu salapnya, kemudian ada luka juga di kiri kemudian di siku juga, karena memang ada luka lecet sebelah kiri, sama di tangan kiri deket sikut tapi berdarah," ungkap Indri.

Rekan Indri, Nurul Rahmanuari juga memberikan keterangan yang serupa.

"Aku tanya sama kak Indri yang kiri (diperban) juga? Katanya Kak Indri sudah tutup saja, tapi lukanya cuma sedikit, jadi akhirnya tidak usah dikasih perban, lalu pasang infus ditangan sebelah kanan, saat itu memang saya dengan 'sakit' kata bapaknya, saat infus dipasang, aku diem saja," ungkap Nurul.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement