Selasa 03 Apr 2018 04:56 WIB

Hikmah di Balik Olahraga Sunnah

Olahraga ini ada hubungan dengan makna kehidupan sehari-hari.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko
Tuan Guru Bajang (TGB), Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), dan Ustaz Abdul Somad (UAS) berkuda bersama di Eco Pesantren Daarut Tauhiid, Bandung, Jawa Barat, Ahad (1/4)
Foto: Muhammad Nursyamsi/Republika
Tuan Guru Bajang (TGB), Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), dan Ustaz Abdul Somad (UAS) berkuda bersama di Eco Pesantren Daarut Tauhiid, Bandung, Jawa Barat, Ahad (1/4)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Olahraga memanah dan berkuda kini sedang digemari oleh masyarakat, terutama di per kotaan. Selain bertujuan untuk kesehatan, olahraga ini juga sebagai anjuran sunah Nabi. Oleh karena itu, banyak komunitas memanah dan ber kuda didirikan atas dasar untuk meng ikuti sunah. Dengan niat yang sama, para Muslimah pun giat berenang di kolam-kolam khusus Muslimah dengan burkini.

Direktur Pusat Kajian Hadis Jakarta KH Ahmad Lutfi Fathullah membenarkan bahwa olahraga memanah dan berkuda merupakan anjuran sunah. Selain dua itu, olahraga gulat dan berenang termasuk juga yang dianjurkan. Namun, kata dia, tidak banyak hadis yang menjelaskan tentang olahraga sunah tersebut.

Menurut Kiai Lutfi, Rasulullah memiliki kemampuan berpacu sangat baik. Ke mampuannya hampir tidak ada yang dapat mengalahkannya. Di samping itu, Rasulullah sering mengadakan lomba memanah. Pada zaman Nabi, berkuda, memanah, gulat, dan berenang belum menjadi aktivitas olahraga seperti saat ini. Kalau duluuntuk seleksi. Bukan olahraga, ujar Kiai Lutfi kepada Republika.co.id, belum lama ini.

Situasi dan kondisi waktu itu yang kerap terjadi peperangan membuat Rasulullah dan pasukannya agar selalu bersiap diri. Pasukan dipersiapkan oleh Nabi untuk menghadapi kebutuhan sosial saat itu. Kala itu, setiap orang dimana pun berada harus siap ber pe rang.

Karena itu, ia mengungkapkan, Rasulullah sangat sering mengadakan lomba gulat dibandingkan memanah, berkuda, dan berenang. Setelah itu, ketika melakukan perjalanan, sering kali mereka berpacu berebut siap yang paling cepat.

Lewat kemampuan berpacu, utusan pengirim berita dan prajurit berkuda bisa mengirim pesan dengan cepat. Mereka semua bisa berkuda nanti siapa yang paling cepat dia akan naik menjadi pra- jurit berkuda, mengirim berita kan harus pandai menggunakan kuda, kata Lutfi.

Olahraga sunnah tersebut, kata dia, mempunyai makna sangat tinggi. Ia tidak hanya sebatas kegiatan berkuda, memacu, bergulat, dan berenang, tapi ada hubungannya dengan makna kehidupan sehari-hari. Kiai Lutfi mencontohkan terkait dengan olahraga berkuda. Menurut dia, berkuda pada zaman Nabi, dalam prak tik kehidupan saat ini bisa dimaknai se bagai mengendarai kenda raan. Bergulat yaitu untuk menjaga diri.

Kemudian memanah, kata dia, mempunyai makna untuk menyerang apabila mendapatkan serangan. Dari memanah seseorang bisa mendapatkan pelajaran fokus dalam menjalani kehidup an. Misalnya, apabila bercita-cita men jadi pemain sepakbola maka harus fokus berlatif sepakbola. Berenang ya mengarungi kehidupan. Kehidupan kan banyak cobaannnya. Bisa tenggelam. Kalau berenang nggakada yang mundur, semua maju. Ketika hidup jangan sam pai mundur. Ujungnya berenang pulau atau target. Hidup harus ada target,kata Lutfi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement