Rabu 04 Apr 2018 06:27 WIB

Kebijakan Kendaraan Masuk Jakarta Berbayar Dianggap tak Adil

Bagi warga yang memiliki mobilitas di Jakarta akan merugikan

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Tol Cawang, Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta Timur, Kamis (16/11).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Tol Cawang, Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta Timur, Kamis (16/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wacana kebijakan kendaraan roda empat yang masuk Jakarta diwajibkan membayar dianggap tidak adil oleh beberapa pengemudi mobil di Bogor. Anggapan ini didasarkan pada keberadaan mobil dari Jakarta saat akhir pekan yang juga menyebabkan kemacetan di wilayah Bogor.

"Ya kalau peraturan itu benar berlaku merugikan banyak pihak ya. Terutama pengguna atau pengemudi mobil yang mobilitasnya di Jakarta," ujar Abdul Halim, salah satu pengemudi mobil yang ditemui Republika di kawasan Botani Square, Bogor, Selasa (3/4).

Pria berusia 32 tahun ini menyebut kebijakan itu dirasa akan berat sebelah. Banyak warga Bogor memiliki pekerjaan atau aktifitas di wilayah Jakarta. Dengan peraturan tersebut, kerugian akan sangat terasa.

Selain bagi pemilik kendaraan pribadi, kerugian juga akan dirasakan oleh pengguna dan pengemudi kendaraan umum. Aturan tersebut perlu dicek kembali dan dibuat sejelas mungkin. Kendaraan umum yang datang dari wilayah luar Jakarta apakah juga terkena aturan tersebut atau tidak.

"Kebijakan seperti itu bisa dianggap diskriminatif ya. Bagaimana kalo ke depannya Bogor juga memberlakukan hal yang sama. Kendaraan Jakarta masuk Bogor bayar. Apa mereka mau?" lanjutnya.

Keberatan pun diucapkan oleh Satrio. Dirinya menyebut sering berkendara ke Jakarta jika ada urusan keluarga atau berlibur. Pria dengan nama lengkap Satrio Iskandar ini menyatakan memang lebih suka menggunakan kendaraan pribadi jika ke Jakarta.

Hal ini dirasa lebih praktis jika menggunakan kendaraan pribadi dibanding kendaraan umum. "Kalau pakai mobil sendiri kan lebih enak ya. Enggak harus buru-buru atau khawatir gitu di Jakartanya. Bebas kita saja mau jalan jam berapa dan kemana. Kalau macet ya tinggal dipilih saja jalan lain," ujar Satrio.

Ia merasa akan rugi jika harus membayar saat berkendara di Jakarta. Sementara ketika ingin ke Jakarta dirinya juga harus mengeluarkan biaya untuk membayar tol.

Satrio meminta pemerintah untuk memikirkan lagi masalah kebijakan tersebut. Jangan sampai ingin membuat kebijakan yang baik namun menekan masyarakatnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement