REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar Gerakan Santri Nusantara (PB GSN) Muhammad Utomo menyayangkan beberapa orang yang akhir-akhir ini telah merusak kebinekaan dengan menyinggung satu sama lain, tanpa peduli dampak sosialnya. Utomo menanggapi soal puisi kontroversial Sukmawati Sukarnoputri yang dibacakan di ajang Indonesia Fashion Week pekan lalu.
Ia mengatakan PB GSN memahami betul puisi Sukmawati memang tidak cacat hukum. Hal itu karena dalam alinea pertama, isi puisi tersebut menjelaskan ketidakpahamannya terhadap syariat Islam, yaitu pada kata "Aku tak tahu syariat Islam". Dengan demikian, menurutnya, secara ushul fiqh orang tersebut memang terhindar dari hukum atas ketidakpahamannya. Namun demikian, hal itu tetap menjadi polemik masyarakat Indonesia.
"PB GSN mengimbau masyarakat menahan diri, dan tidak gegabah bereaksi atas segala bentuk provokatif dan marilah kita lebih dewasa dalam menyikapi kejadian-kejadian belakangan ini," kata Utomo dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (4/4).
Ia mengatakan, PB GSN menyerukan agar orang-orang yang menyinggung agama belakangan ini segera meminta maaf kepada umat Muslim di Indonesia agar kegaduhan itu segera selesai. Ia juga meminta Sukmawati membuat pernyataan tidak mengulanginya lagi.
Ia berharap masyarakat siap menerima permintaan maaf atas khilaf yang bersangkutan. Selain itu, Utomo mengatakan PB GSN menyerukan para ulama, khususnya MUI, memberikan pemahaman mengenai dasar-dasar syariat Islam dan bagaimana pengamalannya terhadap kebinekaan.
Ia juga meminta agar ada pemberian pemahaman terkait sejauh mana batasan dalam berkarya bagi seorang sastrawan dan mubaligh tanpa harus menyinggung orang lain. Hal itu menurutnya, agar masyarakat tetap bisa berkarya didasari dengan saling menghargai.
"PB GSN mengajak dan mengharapkan para tokoh bangsa memberikan contoh kedamaian dan persaudaraan, yang mengarah kepada persatuan dan kesatuan bangsa," katanya.