REPUBLIKA.CO.ID, NEW DelHI -- Pengelola Taj Mahal di India membatasi waktu kunjungan wisatawan. Banyaknya pengunjung dikhawatirkan semakin merusak Taj Mahal.
Lebih dari 50 ribu orang mengunjungi destinasi Taj Mahal, India, setiap hari. Dengan jumlah itu, lebih dari delapan juta orang setiap tahun mengunjungi monumen yang menjadi tanda bukti cinta Raja Shah Jahan terhadap istrinya tersebut.
Dengan jumlah itu, dampak yang ditimbulkant erhadap Taj Mahal dinilai bersifat menghancurkan. Aktivitas manusia yang tinggi menyebabkan warna marmer pada bangunan memudar dan mengubah fasad krem menjadi kekuningan.
Putri Diana terduduk sendirian dengan latar Taj Mahal dalam lawatannya di tahun 1992.
Dilansir dari Stuff, Rabu (4/4), untuk mengantisipasi dampak negatif terhadap Taj Mahal, pihak pengelola akan segera memberlakukan batas tiga jam bagi wisatawan. Pembatasan yang sudah berlaku sejak Ahad (1/4) tersebut dilakukan guna mengurangi kepadatan pelancong. Apabila melebihi batasan, mereka harus membayar lebih.
Arkeolog situs purbakala Bhuvan Vikram menjelaskan, langkah pembatasan dirancang untuk menurunkan tingkat kepadatan dalam Taj Mahal. "Sekaligus mencegah wisatawan untuk terlalu lama berkunjung dan mengatur kerumunan orang di dalam maupun sekitar gerbang," tuturnya.
Untuk saat ini, wisatawan asing harus membayar 1.000 rupee untuk masuk Taj Mahal. Sementara warga negara South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC) seperti Afghanistan dan Sri Lanka membayar 530 rupee.
The Times of India melaporkan, tiap tiket akan diberi tanda yang menunjukkan waktu masuk dan waktu keluar wisatawan. Kemungkinan, tiket tersebut akan diperiksa secara manual oleh staf di pintu keluar.