Ahad 08 Apr 2018 16:40 WIB

Data Facebook yang Bocor Sebenarnya tidak Bisa Diprotes

Saat mengunggah datanya ke medsos, pengguna melakukannya secara sukarela.

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Indira Rezkisari
Facebook
Foto: EPA
Facebook

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah dan masyarakat Indonesia mulai gelisah dengan terungkapnya kasus kebocoran data perusahaan media sosial Facebook (FB). Bahkan pemerintah pasang badan untuk menutup Facebook dari di Indonesia jika perusahaan tersebut tidak memproteksi data para pengguna

Pakar IT Ruby Alamsyah mengatakan, data yang bocor dari perusahaan tersebut sebenarnya tidak bisa diprotes. Sebab pengisian data dari pengguna dilakukan secara sukarela tanpa paksaan dari perusahaan pemilik media sosial tersebut.

Ruby menuturkan, ketika menginstal dan menggunakan media sosial apapun, pengguna memang diminta untuk memasukan data. Sayangnya para pengguna kerap memberikan data pribadi secara terperinci tanpa dipilah mana yang boleh dipublikasikan dan mana yang tidak.

"Masyarakat ini sudah nyaman dengan medsos (media sosial). Padahal kita tahu konsekuensinya kalau mem-publish data pasti akan bisa diakses publik," ujar Ruby.

Untuk menjaga agar data kita tidak bocor dan digunakan seenaknya oleh oknum tertentu, Ruby mengimbau agar para pengguna media sosial bisa mengatur ulang fitur yang menayangkan data pribadi. Jangan sampai setiap orang bisa melihat semua data pribadi sang pengguna. Bahkan seharusnya pengguna tidak memasukan semua data pribadi yang sifatnya privasi seperti nomor telepon atau alamat rumah. Karena bisa saja data ini nantinya akan disalahgunakan.

Menurutnya, untuk membentengi agar data pribadi tidak dipakai oleh oknum para pengguna sebaiknya hanya memberikan sedikit data di media sosial. Sebab ketika data ini sudah masuk ke media sosial dan bisa dilihat oleh orang lain, maka data itu sebenarnya sudah bukan menjadi privasi yang bisa dijaga. Data yang masuk ke internet akan menjadi konsumsi pengguna internet atau media sosial lainnya.

"Jadi kalau data sudah dipublish terus kita bilang data kita bocor, itu logikanya tidak masuk," ujar Ruby.

Keamanan, lanjut Ruby, dalam media sosial atau pun dunia internet memang akan berkebalikan dengan kenyamanan. Artinya ketika seseorang ingin aman menggunakan internet maka bisa jadi mereka kurang nyaman. Kebalikannya, saat pengguna internet ingin merasa nyaman, sudah pasti keamanan mereka tidak bisa dipastikan terjaga.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement