Rabu 11 Apr 2018 15:46 WIB

Perjalanan Hijrah Dimas Seto dan Dini Aminarti

Perjalanan mempelajari agama tidak instan.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Ani Nursalikah
Pasangan muda Dimas Seto dan Dini Aminarti saat berbagi pengalaman tentang berhijrah di Masjid At-Taqwa Thamrin Residence, Jakarta, Ahad (8/4).
Foto: Berkah Mutiara Quran
Pasangan muda Dimas Seto dan Dini Aminarti saat berbagi pengalaman tentang berhijrah di Masjid At-Taqwa Thamrin Residence, Jakarta, Ahad (8/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perjalanan pasangan artis muda Dimas Seto dan Dini Aminarti berhijrah tidak dilakukan secara spontan. Mereka membutuhkan waktu panjang dan usaha yang tidak kecil untuk mempelajari serta mendalami agama secara konsisten.

Dimas mengatakan, sebenarnya ia dididik di keluarga taat beragama. Tapi, dirinya saja yang kerap bandel, termasuk ketika bekerja di dunia seni selama hampir 19 tahun.

"Secara duniawi, saya memang menghasilkan banyak. Namun, untuk akhirat, saya menganggapnya tidak ada," ujarnya dalam sebuah talkshow di Masjid At-Taqwa Thamrin Residence, Jakarta Pusat, Ahad (8/4).

Saat bekerja di dunia hiburan itu, Dimas merasa hanya mengejar hal duniawi. Ia bahkan tidak sungkan mengorbankan waktu dua hari tidak pulang untuk sekadar mengejar kepuasan semata tanpa henti.

Kesadaran itu perlahan muncul pada 2003 ketika rasa ingin tahu terhadap agama timbul dalam diri Dimas. Ia ingin mencari tahu, apa yang menyebabkannya selalu gelisah, merasa kurang dan emosional tidak terkontrol.

"Saya cari tahu dan saya menyadari rasa itu ada karena selama ini saya tidak mengimbangi kepuasan duniawi dengan akhirat," ujar Dimas.

Penggalian Dimas terhadap agama terus berlanjut sampai 2009 ia memutuskan menikah dengan Dini. Keduanya sama-sama memiliki rencana menata hidup lebih rapi. Komitmen itu semakin dirasa kuat pada 2012, saat teman-teman terdekat Dimas satu persatu meninggal dunia di usia yang masih muda.

photo
Sumber: Berkah Mutiara Quran

Di saat proses penggalian ilmu semakin besar, sempat timbul keinginan Dimas untuk berhenti dari dunia seni. Tapi, ia menyadari di dunia banyak jalan berdakwah.

"Saya bisa menjadi virus yang baik. Tidak perlu berceramah di depan orang-orang, cukup mengajak kebaikan, misal shalat tepat waktu," ucap Dimas.

Kondisi serupa juga terjadi pada Dini. Perjalanannya untuk berhijrah yang diawali dengan berhijab tidak dilakukan secara instan. Ia bahkan harus mempertimbangkan berkali-kali untuk menutup auratnya.

Dini menceritakan, pada awal nikah, Dimas sempat menyatakan keinginannya memilki istri berhijab. Dini yang waktu itu belum berhijab hanya meminta sang suami  mendoakan.

"Saya saat itu jawabnya hanya asal. Doain saja ya," ujarnya.

Sampai suatu hari, Dini membaca sebuah artikel dengan cerita yang tidak akan pernah dilupakannya. Dalam artikel itu tertulis ada seorang perempuan tidak dapat masuk surga karena tidak berhijab.

Dengan berbagai pemikiran, sepekan setelahnya, Dini memutuskan berhijab. Keputusan itu diambilnya setelah berbicara dengan sang ibu, sepupu terdekat dan suami.

"Saya merasa, sebenarnya saya sudah mendapatkan hidayah sejak lama, hanya suka memungkiri," ujarnya.

Tidak sampai di sini, Dini dan Dimas berupaya terus belajar mendalami agama secara beriringan. Selain belajar dengan menghadiri berbagai kajian di masjid, keduanya rutin bertukar pikiran bersama orang-orang yang lebih memahami ilmu agama.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement