Kamis 12 Apr 2018 10:27 WIB

Perkenalan Faruk Arango Groupore dengan Islam di Turki

Mahasiswa asal Ghana tersebut menjadi mualaf dan menyebarkan Islam di negaranya.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Ani Nursalikah
Seorang mahasiswa mualaf asal Ghana Faruk Arango Groupore. Dia menerima Islam di Turki.
Foto: Anadolu Agency
Seorang mahasiswa mualaf asal Ghana Faruk Arango Groupore. Dia menerima Islam di Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Seorang mahasiswa mualaf asal Ghana yang belajar di Turki, memperkenalkan Islam ke daerah-daerah yang didominasi non-Muslim di negaranya. Kegiatan itu dilakukan selama liburan musim panas.

Faruk Arango Groupore datang ke Turki karena beasiswa yang diberikan oleh Turkiye Diyanet Foundation (TDV). TDV bekerja sama dengan Sekolah Tinggi (SMA) Imam Hatip, sekolah Groupore.

Dilansir di Anadolu Agency pada Rabu (11/4), Groupor besar di daerah pedesaan Ghana bersama enam saudara kandung dan orang tuanya. Dahulu, ayah Groupor adalah tokoh agama pagan terkemuka daerah tersebut.

Setelah ayahnya meninggal, ibu dan saudara-saudaranya beralih ke agama Kristen. Kemudian mereka pindah ke tempat kakak perempuannya di ibu kota Ghana, Accra. Groupor dan saudaranya melanjutkan pendidikan di Accra.

Groupor berkunjung ke seminari religius di negaranya. Saat itu, ia sempat mempelajari Alquran dan prinsip-prinsip dasar Islam.

Setelah menyelesaikan ujian sekolah menengah pertamanya, seorang teman memberi tahu dia tentang beasiswa TDV. Groupor mencoba mengajukan aplikasi beasiswa itu.

Setelah wawancara di Kedutaan Besar Turki di Accra, ia memenangkan beasiswa itu. Groupor datang ke Turki pada 2014.

Groupor masuk Islam karena pengaruh teman-teman kampusnya. "Hal-hal yang paling mempengaruhi saya adalah azan dan Alquran. Mereka terasa seperti lagu-lagu yang indah," kata dia.

Groupor pernah mengatakan pada teman-teman Muslimnya ihwal kekagumannya pada 'lagu-lagu' Islam yang luar biasa. Namun, teman-teman Muslimnya menjelaskan yang Groupor dengar bukan lagu, tetapi ayat-ayat Alquran.

Hal lain yang membuat Groupore terkesan, yakni saat bulan Ramadhan. Sebab, teman-teman Muslimnya lebih banyak melakukan hal-hal baik selama puasa.

"Aku dulu bertanya kepada mereka, 'Aku bukan seorang Muslim, mengapa kalian melakukan kebaikan seperti itu kepadaku'," ujar Groupore.

Bahkan, orang tua dari teman-teman Muslimnya selalu berbagi makanan saat berbuka puasa. "Saat itu aku juga ingin menjadi seorang Muslim," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement