Selasa 17 Apr 2018 09:19 WIB

Wakil Menteri Saudi Lepas Cadar Tuai Respons Beragam

Tidak ada perincian terkait keputusan al-Awad melepas niqabnya.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Wakil Menteri Pendidikan Anak Perempuan Kerajaan Arab Saudi Haya Al Awad menuai kontroversi di antara warganet Saudi karena tampil tanpa cadar.
Foto: Stepfeed
Wakil Menteri Pendidikan Anak Perempuan Kerajaan Arab Saudi Haya Al Awad menuai kontroversi di antara warganet Saudi karena tampil tanpa cadar.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Wakil Menteri Pendidikan Anak Perempuan Kerajaan Arab Saudi Haya al-Awad kini tampil di hadapan umum tanpa niqabnya (cadar atau penutup wajah). Tidak ada perincian terkait keputusan al-Awad melepas niqabnya.

Namun demikian, langkah al-Awad telah memancing reaksi yang beragam, terutama di media sosial. Banyak pengguna media sosial menyerang keputusan tersebut. Mereka menilai itu tidak mengikuti tradisi agama dan sosial.

Sejumlah tokoh agama dan intelektual di Arab Saudi memuji dan membela keputusan al-Awad. Mereka percaya al-Awad tidak melakukan kesalahan apa pun.

Sulaiman al-Tareefi, seorang pengkhutbah, mengatakan, al-Awad hidup sesuai dengan keyakinannya dalam kerangka pluralisme yurisprudensi yang signifikan. "Adat istiadat atau hukum kita telah memutuskan masalah ijtihad, penalaran independen yang bertentangan dengan imitasi, tidak dapat dihentikan," kata Tareefi, dilansir di Gulf News, Selasa (17/4).

Penasihat media dan pendidikan Saud al-Musaibeeh mengatakan, dia memuji al-Awad karena mengadopsi sikap para ulama yang mengizinkan perempuan tidak menutupi wajah mereka. "Dia mengikuti apa yang dia yakini benar, terlepas dari apa yang harus dia tanggung dari orang-orang yang menentang pandangannya," kata al-Musaibeeh.

Di sisi lain, ada pula orang-orang yang memanfaatkan setiap kesempatan untuk menyerang seorang pejabat wanita dan menghasut publik terhadapnya. Al-Musaibeeh mengingatkan agar orang-orang benar-benar berhati-hati tentang upaya subversi semacam itu, yang dihasilkan oleh mereka yang bersembunyi di balik komputer mereka.

Kritikus sastra Abdullah al-Ghadami mengatakan, al-Awad telah mengikuti pandangan agama yang berwenang. Dia mengatakan, siapa pun yang menyerangnya akan melanggar hak-hak yurisprudensi.

Seorang narablog bernama Hatoon Qadhi mengatakan, meskipun al-Awad biasanya menjaga jaraknya dari masalah yang terkait dengan hijab, niqab, dan burka, dia merasa dia harus bergabung dalam perdebatan setelah serangan memalukan terhadap seorang wanita terhormat yang memegang posisi tinggi.

"Haya tidak membutuhkan siapa pun membelanya karena dia tidak melakukan kesalahan. Bahkan, saya berharap dia akan terus maju dan mengadili semua orang yang telah menyiksanya," unggah Qadhi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement