REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Febrianto Adi Saputro, Amri Amrullah, Adinda Pryanka
Elektabilitas Joko Widodo dan pesaing utamanya, Prabowo Subianto pada Pilpres 2019 mendatang, naik turun. Meski begitu calon lainnya belum ada yang bisa mendekati elektabilitas Jokowi-Prabowo.
Dalam survei elektabilitas kandidat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) 2019-2024 terbaru yang dirilis Media Survei Nasional (Median), elektabilitas Jokowi disebut mengalami kenaikan dari 35,0 persen pada Februari 2018 kini menjadi 36,2 persen pada bulan April 2018.
"Elektabilitas calon presiden tertinggi masih ditempati oleh Pak Jokowi dengan 36,2 persen, diikuti oleh Pak Prabowo Subianto dengan 20,4 persen, kemudian ada Pak Gatot Nurmantyo 7 persen, dan Pak Jusuf Kalla 4,3 persen. Kemudian, Anies Baswedan 2 persen, Cak Imin 1,9 persen, AHY 1,8 persen, dan Anis Matta 1,7 persen," kata Direktur Riset Median, Sudarto, Senin (16/4).
Hasil survei yang berbeda justru diperoleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang mengalami penurunan elektabilitas dari 21,2 persen menjadi 20,4 persen pada bulan April 2018. "Memang hari ini kenapa Pak Jokowi paling tinggi elektabilitasnya karena masyarakat masih belum menemukan figur yang cocok melawan Jokowi. Ada yang katakan Pak Prabowo cocok, ada yang mengatakan Pak Gatot, ada yang mengatakan Pak Anies, sehingga suara tersebar di banyak tokoh," ungkapnya.
Presiden Jokowi menjabat pertanyaan wartawan usai shalat jumat di Masjid Istiqlal, Jumat (2/3).
Metode yang dipakai dalam survei tersebut melibatkan 1.200 responden sebagai target sampel. Responden dipilih secara acak dengan teknik multistage random sampling.
Median) merilis survei yang dilakukan selama kurun waktu 24 Maret - 6 April 2018. Hasilnya, dari 100 persen pemilih Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, sebanyak 66,7 persen enggan memilih Prabowo jika mendampingi calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi).
Direktur Riset Median, Sudarto mengatakan, hanya 16,7 persen saja yang mau memilih Jokowi jika berpasangan dengan Prabowo. Sementara, 16,7 persen lainnya tidak menjawab.
"Artinya Prabowo bukan pasangan yang cocok dengan Jokowi," jelas Sudarto, Senin (16/4).
Sudarto lebih lanjut menjelaskan, hal itu dikarenakan ada lebih banyak konstituen Prabowo yang tidak setuju jika mantan Danjen Kopassus tersebut dipasangkan dengan Jokowi. Tidak hanya Prabowo, berdasarkan hasil survei yang melibatkan 1.200 responden, mantan panglima TNI, Gatot Nurmantyo juga dianggap bukan merupakan pasangan yang cocok bagi Jokowi.
Hal itu terbukti jika Jokowi berpasangan dengan Gatot, ada sekitar 49,0 persen pemilih yang tidak bersedia memilih Jokowi. Sebaliknya, 100 persen pemilih Jokowi bersedia memilih Jokowi jika berpasangan dengan Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
"Ada tiga tokoh dalam 10 besar elektabilitas. Pertama, Muhaimin Iskandar karena 100 persen orang yang mengaku pilih Muhaimin menjawab mau pilih, lalu Hary Tanoe (HT) karena ada 66,7 persen pemilih HT yang setuju jadi wakil Jokowi. Ketiga adalah AHY, karena ada 52,8 persen pendukungnya bersedia memilih kalau AHY wakil Jokowi," jelasnya.