REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM -- Israel mengatakan pada Selasa kemarin bahwa pihaknya tidak ingin perang dengan Iran. Israel justru menyarankan Presiden AS Donald Trump mendukung upaya terbaru mereka untuk membunuh kesepakatan nuklir Iran 2015.
Seorang pejabat senior Israel mengatakan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memberi tahu Trump pada pertemuan 5 Maret tentang dugaan bukti yang disita oleh Israel. Para pejabat AS dan Israel mengatakan, informasi itu menunjukkan bahwa Iran telah berbohong tentang pekerjaannya pada masa lalu untuk mengembangkan senjata nuklir.
Meskipun ahli intelijen mengatakan tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa Teheran telah melanggar kesepakatan nuklir tersebut. "Trump setuju pada pertemuan Maret bahwa Israel akan memublikasikan informasi sebelum 12 Mei, hari ketika Trump akan memutuskan apakah Amerika Serikat harus menghentikan perjanjian nuklir dengan Iran, musuh kedua negara," kata pejabat Israel, Rabu (2/5).
Pertemuan Trump dengan Netanyahu bertujuan menggarisbawahi persepsi dari tawaran kedua pemimpin untuk mengubur perjanjian internasional, yang Trump sebut itu mengerikan.
Sebelumnya diketahui bahwa Presiden Trump meminta sekutu-sekutu Eropa-nya untuk membantu merevisi kekurangan yang dia sebut sebagai “bencana” dalam perjanjian nuklir Iran 2015. Perjanjian itu disepakati antara Iran dan enam kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman, dan Cina).