REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) mengharapkan perusahaan dengan pinjaman perbankan lebih dari Rp 1 triliun agar melakukan penawaran umum perdana saham (IPO).
Direktur Utama BEI, Tito Sulistio menilai bahwa perusahaan dengan nilai utang sebesar itu tentu memiliki fundamental bisnis yang positif dan penerapan tata kelola yang baik (good governance goverment/GCG).
"Jika perusahaan dengan nilai utang sebesar itu tidak bagus maka perbankan tidak akan memberikan pinjaman. Potensi minat masyarakat untuk memiliki saham perusahaan-perusahaan itu juga akan besar," ujarnya di Jakarta, Jumat (4/5).
Ia telah mendata perusahan-perusahaan itu. Terdapat sekitar 124 perusahan memliki pinjaman perbankan di atas Rp 1 triliun. "Diharapkan perusahaan tersebut dapat menjadi calon emiten," katanya.
Ia mengharapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membuat peraturan yang mengharuskan perusahaan tersebut melakukan IPO. Dengan begitu maka jumlah perusahaan tercatat di BEI berpotensi bertambah sebanyak 124 emiten.
Pada 2018 ini, BEI menargetkan pelaksanaan IPO sebanyak 35 perusahaan. Sepanjang tahun ini terdapat sembilan perusahaan yang telah resmi mencatatkan sahamnya di BEI melalui skema IPO, yakni PT LCK Global Kedaton Tbk, PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk, PT Jaya Trishindo Tbk.
Selain itu, PT Sky Energy Indonesia Tbk, PT Indah Prakasa Sentosa Tbk, PT Tridomain Performance Materials Tbk, PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT Dafam Property Indonesia Tbk, dan PT Charnic Capital Tbk.