REPUBLIKA.CO.ID, -- Satu serangan bom meledak terjadi di dalam masjid yang sedang digunakan sebagai pusat pendaftaran masyarakat untuk pemilu di Afghanistan. Ledakan menyebabkan setidaknya 14 orang tewas dan 33 orang terluka.
Belum diketahui siapa yang bertanggungjawab di balik serangan ini. Namun Taliban dan afiliasi ISIS lokal diketahui menolak dengan keras penyelenggaraan pemilu demokratis.
Serangan bom terkait pemilu ini juga bukan kali pertama terjadi. Bulan lalu, ISIS melakukan serangan bunuh diri di sebuah pusat pendaftaran pemberi suara pemilu di Kabul. Serangan bunuh diri ini menewaskan 60 orang dan menyebabkan setidaknya 130 orang mengalami luka.
Taliban dan ISIS telah meluncurkan serangan tanpa henti sejak awal 2018. Korban berjatuhan tak hanya terjadi di ibu kota, Kabul, tetapi juga daerah lain.
Di Provinsi Faryab misalnya, kendaraan yang ditumpangi sejumlah penjaga toko meledak saat dalam perjalanan menuju pasar. Ledakan ini menewaskan tujuh orang.
Di Provinsi Paktia, bom dalam mobil menyebabkan dua orang tewas dan tiga orang terluka. Serangan ini menyasar kepala distrik, Mohammad Rodwal, yang turut menjadi korban luka dalam serangan yang dilakukan Taliban tersebut.
Sejauh ini, pasukan keamanan Afganistan cukup kesulitan menghadapi Taliban maupun ISIS. Salah satu alasannya adalah Amerika Serikat dan NATO sudah mengakhiri misi tempur mereka pada akhir 2014 dan mengganti dengan memainkan peran pendukung dan kontraterorisme.
Seperti dilansir Time, Afganistan akan menyelenggarakan pemilihan umum pada Oktober mendatang. Pemilihan umum ini merupakan pemilihan umum pertama yang digelar di Afganistan sejak 2014.