REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Tiga badan PBB telah memperingatkan bahwa dibutuhkan sekitar 794 juta dolar AS untuk membantu pengungsi Rohingya sebelum musim hujan tiba.
Tiga badan tersebut yakni Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) dan Program Pangan Dunia (WFP). Peringatan itu disampaikan di Cox's Bazar, Bangladesh.
Semua lembaga utama yang bekerja untuk pengungsi Rohingya di Cox's Bazar memperoleh hanya 16 persen dari total 950 juta dolar AS yang diperlukan bagi pengungsi sampai akhir tahun. Peringatan tersebut menyusul adanya pengumuman terkait solusi area lahan baru pertama yang disiapkan untuk merelokasi keluarga yang berisiko mengalami longsor ketika angin muson menghantam.
"Dengan musim hujan nanti, kami akan terus bekerja mendesak menyiapkan lebih banyak lahan, mengoordinasikan layanan, mengamankan akses penting dan memastikan kami siap untuk menghadapi situasi darurat," kata Koordinator Darurat IOM Manuel Marques Pereira, dilansir Anadolu Agency, Rabu (9/5).
Kepala UNHCR, Kevin J. Allen merasa senang dapat pindah ke tahap berikutnya dalam proyek ambisius tersebut, yang telah menjadi contoh kolaborasi antar-lembaga yang besar dalam mendukung pemerintah Bangladesh.
Langkah itu menurutnya akan melawan waktu demi membuat segalanya siap. Sehingga, keluarga yang paling rentan dengan risiko tinggi longsor dan banjir dapat dipindahkan ke tempat aman sebelum musim hujan berlangsung.
Sejak 25 Agustus 2017, sekitar 750 ribu warga Rohingya, sebagian besar anak-anak dan perempuan, telah melarikan diri dari Myanmar. Hal itu terjadi ketika militer Myanmar melancarkan tindakan keras terhadap komunitas Muslim minoritas. Menurut Amnesty International, tindakan itu menyebabkan jumlah pengungsi Rohingya di distrik Cox's Bazar menjadi sekitar 900 ribu.
Sebagian besar pengungsi hidup di bawah terpal dan di tempat penampungan bambu di lereng curam di kamp besar yang sangat sesak. Di semua permukiman, sekitar 200 ribu orang telah diidentifikasi berada dalam risiko tinggi banjir dan tanah longsor saat angin topan Bangladesh dan musim hujan menghantam dalam beberapa pekan mendatang.
Prioritas utama adalah mencoba merelokasi sekitar 24 ribu orang dengan risiko bencana longsor tertinggi. "Prioritas kami adalah untuk memastikan keamanan pengungsi selama masa kritis tahun ini," kata Mohammad Abul Kalam, komisioner bantuan dan repatriasi pengungsi.