REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Warga Palestina akan menggelar pawai dan protes saat peringatan 70 tahun berdirinya negara Israel pada 14 Mei mendatang. Aksi ini akan dilaksanakan di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan desa-desa Arab di Israel.
Peringatan berdirinya Israel dikenal warga Palestina sebagai Al-Nakba atau malapetaka. Istilah ini merujuk pada sekitar 700 ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi setelah desa-desanya diambil alih dan diduduki Israel.
Koordinator Komite Nasional untuk Peringatan Nakba Mohamed Alyan mengatakan aksi pada 14 Mei mendatang bertujuan mengirim pesan kepada Israel rakyat Palestina akan terus memperjuangkan hak-haknya. "Rakyat Palestina akan melanjutkan perjuangannya dan tidak akan meninggalkan hak mereka untuk sebuah negara merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya," kata Alyan ketika menggelar konferensi pers di Ramallah, dikutip laman Anadolu Agency pada Rabu (9/5).
Selain itu, aksi pekan depan akan turut menyuarakan penolakan terhadap keputusan Amerika Serikat (AS) mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Keputusan tersebut dinilai telah melanggar berbagai resolusi internasional terkait Yerusalem.
Sejak akhir Maret lalu, ribuan warga Palestina di perbatasan Jalur Gaza menggelar demonstrasi di dekat pagar perbatasan dengan Israel. Mereka menuntut Israel mengembalikan tanah dan desa yang didudukinya pasca Perang Arab-Israel tahun 1948 kepada para pengungsi Palestina.
Namun aksi tersebut direspons secara brutal oleh Israel. Mereka tak segan menembaki para demonstran agar tak mendekati pagar perbatasan. Sejak aksi tersebut digelar, 47 warga Palestina telah tewas dan ribuan lainnya luka-luka.
Kendati telah mengalami kebrutalan pasukan Israel, warga Palestina di perbatasan Gaza bertekad melanjutkan aksinya. Aksi puncak akan digelar ketika Israel memperingati hari kelahirannya yang ke-70.