REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketersediaan telur dan daging ayam menjelang puasa dan Idul Fitri tahun ini cukup. Kenaikan harga pun seharusnya tidak terjadi karena supply yang mencukupi. "Daging ayam dan telur saat ini dalam posisi yang surplus atau berlebih, bahkan sudah ekspor ke beberapa negara," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) I Ketut Diarmita, Jumat (11/5).
Sejak 2015, dia mengatakan, Indonesia sudah mengekspor telur tetas ayam dengan jenis ayam ras ke Myanmar. Hingga Maret 2018 jumlah komulatif yang sudah diekspor sebanyak 10.482.792 butir dengan nilai Rp 109,60 miliar. Sedangkan untuk ekspor daging ayam olahan sudah mencapai Jepang dengan volume 12,5 ton, Timor Leste dengan volume 6,6 ton dan Papua Nugini dengan volume 24 ton.
Pada 4 Mei 2018, Indonesia juga telah ekspor perdana 2.000 ekor Day Old Chicken (DOC) ke Timor Leste. Angka ini merupakan pengiriman awal dari total 10 ribu ekor DOC yang telah disetujui masuk negara tersebut. "Dan saat ini juga sedang proses untuk ekspor karkas daging ayam ke Timor Leste," katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), capaian ekspor sub sektor peternakan di Indonesia sangat fantastis. Ekspor daging ayam tahun 2017 sebesar 325 ton (meningkat 1.800 persen dibandingkan 2016), sedangkan ekspor telur unggas sebanyak 386 ton (meningkat 27,39 persen dibanding 2016).
Ketut menambahkan, berdasarkan prognosa ketersediaan, produksi daging ayam tahun ini sebesar 3.565.495 ton. Sedangkan kebutuhan konsumsi sebesar 3.047.676 ton sehingga terjadi neraca surplus sebanyak 517.819 ton. Khusus untuk bulan puasa dan Lebaran yang jatuh pada Mei dan Juni 2018 diperoleh ketersediaan daging ayam sebanyak 626.085 ton dengan kebutuhan konsumsi sebanyak 535.159 ton. "Sehingga terjadi neraca surplus sebanyak 90.926 ton," lanjut dia.
Begitu juga untuk ketersediaan telur ayam konsumsi pada 2018, terdapat produksi sebanyak 2.968.954 ton dengan jumlah kebutuhan konsumsi 2.766.760 ton. Menurutnya, ada kelebihan stok nasional sebanyak 202.195 ton.
Khusus untuk ketersediaan telur selama bulan puasa dan lebaran (Mei-Juni 2018) terdapat produksi sebesar 521.335 ton dan jumlah kebutuhan sebanyak 485.831 ton. Itu artinya terdapat kelebihan stok sebanyak 35.504 ton.
Berdasarkan data tersebut ia menegaskan, seharusnya tidak ada alasan kenaikan harga ayam, daging ayam maupum telur. "Kami mengharapkan kerja sama semua pihak agar terus menjaga kestabilan harga agar tercipta iklim usaha perunggasan yang sehat dan suasana tenang dalam memasuki bulan puasa dan lebaran ini," ungkapnya.