REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera mengungkapkan, untuk sementara, korban tewas dalam peristiwa ledakan di tiga gereja yang ada di Surabaya pada Ahad (13/5) berjumlah 18 orang. Adapun rinciannya adalah enam korban tewas merupakan pelaku dan 12 lainnya merupakan masyarakat.
Frans melanjutkan, dari kesemua korban tewas, 12 diantaranya sudah diserahkan kepada pihak keluarga yang bersangkutan. Semua jenazah korban yang telah diserahkan kepada keluarga merupakan korban masyarakat. Adapun enam jenazah pelaku pengeboman hingga saat ini masih berada di RS. Bhayangkara Polda Jatim, Surabaya.
"Masih ada enam jenazah yang merupakan pelaku teror yang belum kita serahkan mepada keluarganya dan belum ada keluarganya mengambil," ujat Frans di Mapolda Jatim, Surabaya, Senin (14/5).
Frans mengaku, penindakan oleh aparat kepolisian juga terus dilakukan. Penindakan tersebut dilakukan untuk menunjukan baik aparat kepolisian maupun masyarakat tidak boleh kalah terhadap teror.
"Pada malam hari ini kami juga memastikan ada penegakan hukum di luar wilayah Surabaya dan Sidoarjo. Ini menunjukan penindakan polri lebih besar daripada penebaran teror dari mereka (teroris)," ujar Frans.
Seperti diketahui, sejak Ahad (13/5) kemarin, aksi teror melanda wilayah Surabaya. Rangkaian teror pertama melanda tiga gereja di Surabaya. Hasil identifikasi diketahui para pelaku bom bunuh diri adalah satu keluarga. Pelaku pengeboman di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Jalan Arjuna, Surabaya, adalah Dita Upriyanto yang diduga kuat adalah bapak dari keluarga pelaku pengeboman.
Kemudian untuk pelaku pengeboman yang melancarkan aksinya di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro, Surabaya, diduga kuat adalah istri dari Dita bernama Fuji Kuswati. Saat melancarkan aksinya, Fuji juga membawa dua anak perempuannya bernama FS (12) dan FR (9). Terakhir, yang melakukan pengeboman di Gereja Santa Maria, Jalan Ngagel, Surabaya, diduga kuat dua anak laki-laki dari Dita dan Fuji. Menurut Tito, kedua anak yang dimaksud bernama YF (18) dan FH (16).
(Baca: Bom tak Sengaja Meledak, Anak dan Istri Ikut Meninggal)
Kemudian pada Ahad malam, bom rakitan meledak di lantai 5 blok B Rusunawa Wonocolo, Sepanjang, Sidoarjo. Ada enam orang yang terdiri dari satu keluarga yang menjadi korban. Korban meninggal dunia adalah Anton Febrianto (47) yang merupakan kepala keluarga, istrinya bernama Puspita Sari (47), dan satu anak perempuannya bernama RAR (17).
(Baca: Kapolri Sebut Pengebom Mapolrestabes Surabaya Satu Keluarga)
Selanjutnya pada Senin (14/5) pagi, Mapolrestabes Surabaya diserang aksi bom bunuh diri, dimana pelaku juga merupakan satu keluarga. Empat orang pelaku tewas dalam peristiwa itu.