REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Defisit neraca perdagangan Indonesia dengan mitra dagang terbesarnya yakni Cina semakin melebar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, defisit neraca dagang Indonesia dengan Cina adalah sebesar 5,76 miliar dolar AS dari Januari hingga April 2018.
Defisit ini semakin lebar jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 4 miliar dolar AS.
Impor nonmigas dari Cina mengalami peningkatan terbesar pada April dibandingkan bulan sebelumnya yakni sebesar 858,4 juta dolar AS. Secara kumulatif Januari hingga April 2018, impor barang asal Cina mendominasi struktur impor Indonesia dengan porsi 27,28 persen atau senilai 13,92 miliar dolar AS.
Pelebaran defisit neraca dagang dengan Cina juga tercermin oleh penurunan ekspor nonmigas Indonesia. Pada April 2018, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, ekspor ke Cina turun sebesar 537 juta dolar AS.
Penurunan ekspor itu yang terbesar dibandingkan ekspor ke negara lain. Kendati demikian, Cina masih menjadi destinasi utama ekspor Januari hingga April dengan nilai sebesar 8,16 miliar dolar AS atau 15,24 persen dari total keseluruhan.
Baca juga, Tak Biasa, Neraca Perdagangan RI Defisit Tiga Bulan Berturut.
Menurut Kepala BPS Suhariyanto, penurunan ekspor ke Cina disebabkan situasi perdagangan dunia yang masih bergejolak. "Situasi perdagangan dunia masih tidak menentu. Ada kecenderungan Cina menahan produksi makanya ekspor Indonesia agak tertahan," ujar Suhariyanto, Selasa (15/5).
Neraca dagang defisit
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar 1,63 miliar dolar AS pada April 2018. Neraca dagang kembali mengalami defisit meski pada Maret lalu sempat mengalami surplus sebesar 1,09 miliar dolar AS. Secara kumulatif dari Januari hingga April 2018, neraca dagang mengalami defisit 1,31 miliar dolar AS.
"Di luar ekspektasi neraca perdagangan mengalami defisit 1,63 miliar dolar AS pada April 2018. Januari dan Februari defisit, Maret membaik, April kembali defisit. Ini karena peningkatan impor yang sangat tinggi," ujar Suhariyanto.
Impor pada April 2018 mencapai 16,09 miliar dolar AS. Suhariyanto menyebut, terjadi kenaikan signifikan yakni sebesar 11,28 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Jika dibandingkan April 2017 terjadi peningkatan 34,68 persen.
Menurut penggunaan barang, impor barang konsumsi April 2018 adalah sebesar 1,51 miliar dolar AS. Nilai impor itu mengalami peningkatan 25,86 persen secara bulanan dan 38,01 persen secara tahunan. Kendati demikian,porsi konsumsi dari total impor hanya sebesar 9,39 persen.