Kamis 17 May 2018 13:20 WIB

Tinjauan Sosiologis Penyebab Warga Menolak Jenazah Teroris

Kasus ini mengingatkan peristiwa 1965 ketika warga takut mengurus jenazah PKI.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Muhammad Hafil
Sejumlah anggota Polisi membawa jenazah terduga teroris di rumah kawasan Perum Puri Maharani, Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (14/5).
Foto: Antara/Umarul Faruq
Sejumlah anggota Polisi membawa jenazah terduga teroris di rumah kawasan Perum Puri Maharani, Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (14/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 13 jenazah terduga teroris bom bunuh diri Surabaya masih berada di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jawa Timur karena belum ada pihak keluarga, kerabat, maupun tetangga yang mengakui. Sosiolog dari Universitas Nasional, Sigit Rohadi, memahami sikap mereka sebagai sebuah ketakutan akan pandangan orang lain.

Sigit menjelaskan, sikap cuek terhadap terduga teroris ini dapat dimaklumi. Jika mengakui dan menerima jenazah terduga teroris bom bunuh diri, mereka akan dianggap mendukung atau bagian dari tindakan terorisme. "Ini pertimbangan yang biasanya tumbuh di masyarakat," tuturnya ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (17/5).

Ini tidak terlepas dari cara-cara masa orde baru, ketika kelompok PKI dikikis habis karena dianggap pengkhianat negara. Saat itu, masyarakat memiliki sikap tidak mau menerima orang yang dituduh PKI. Jadi, ketika ada orang tertuduh PKI bebas dari penjara dan mau balik ke kampung, warga setempat menolak karena takut dianggap bagian dari PKI.

Cara penolakan kembali terjadi saat ini dengan kelompok berbeda, yakni teroris, yang juga dilihat sebagai pengkhianat bangsa. Jika ada orang yang menerima kelompok ini, mereka akan dianggap bagian, atau setidaknya mendukung gerakan terorisme. "Masyarakat tentu tidak ingin mendapat cap, label itu," ujar Sigit.

Sebagai solusi, Sigit menganjurkan keterlibatan para tokoh agama dalam permasalahan ini. Mereka bisa meluruskan bahwa seburuk dan sejahat apa pun tindakan manusia, mereka tetap ciptaan Tuhan yang harus diperlakukan secara layak. Terlebih, saat ini, masih belum ada penjelasan latar belakang dari para terduga teroris, apakah mereka benar teroris atau sekadar suruhan.

Melihat kondisi masyarakat Indonesia yang terbilang pemaaf, Sigit optimistis akan ada jalan tengah dari isu penolakan jenazah terduga teroris. Baik itu ada dorongan dari pemuka agama kepada masyarakat untuk mengebumikan jenazah maupun bantuan dari pemerintah dan kepolisian. "Saya yakin, akan ada yang menyadarkan dan menengahi untuk menerima dan memaafkan supaya jenazah bisa dikebumikan secara layak," ucapnya.

Nasib jenazah para terduga teroris diketahui belum jelas, terutama untuk pelaku bom bunuh diri di tiga gereja Surabaya. Ini karena masih ada warga sekitar yang menolak pemakaman jenazah tersebut.

Baca: Ikadi: Jenazah Terduga Teroris Tetap Harus Diurus

Namun, Polri memastikan, jika ada keluarga yang tak mau mengambil jenazah terduga teroris dan warga menolak pemakamannya, Polri tetap memberikan solusi. Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, polisi akan memakamkan yang bersangkutan di tempat pemakaman yang sudah disediakan pemerintah.

"Kalau di Jakarta ada di Pondok Ranggon. Pemakaman untuk orang tak dikenal dan ditolak jasadnya ada lokasi untuk dimakamkan," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement