REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Petugas gabungan berhasil melakukan evakuasi seekor macan tutul yang sembunyi di bawah rumah warga di Kampung/Desa Perbawati, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi. Saat ini, hewan yang mempunyai nama latin panthera pardus melas itu sudah dibawa ke kantor Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede (TNGGP) di Selabintana, Kabupaten Sukabumi.
Sebelumnya, macan tutul tersebut sembunyi di rumah warga milik Hendi alias Goci (53 tahun) sejak Rabu (16/5) malam sekitar pukul 23.30 WIB. Selanjutnya macan tutul tersebut berhasil dievakuasi oleh petugas gabungan pada Kamis (17/5) sekitar pukul 13.30 WIB. Petugas yang dilibatkan yakni dokter hewan dari Taman Safari Indonesia dan Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC). Selain itu petugas Balai Besar TNGGP dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jabar.
"Kami membantu untuk mengevakuasi macan tutul dari kolong rumah warga," ujar dokter hewan dari Taman Safari Indonesia, Bongot Huasa Mulia kepada wartawan.
Petugas gabungan menembak bius macan tutul itu, untuk bisa mengeluarkan dari kolong rumah warga. Saat ini, ungkap Bongot, kondisi macan setelah dibius sudah bangun dan kepala mulai tegak. Kini tim gabungan tengah mempersiapkan kandang yang lebih besar.
Bongot menjelaskan, keadaan saat ini bukan yang paling bagus untuk upaya pelepasliaran ke habitat asli. Rekomendasinya yakni memberikan waktu lagi kepada macan tutul jantan untuk pulih dengan mendapatkan makanan. Minimal ketika ada wacana pelepasliaran sudah terlebih dulu makan sehingga bisa kembali bepergian.
Macan tutul yang dievakuasi ini lanjut Bongot diperkirakan berusia di bawah satu tahun. Hal ini dilihat dari kondisi gigi atas dan gigi bawah serta gigi susu. Sementara panjang dari pangkal tulang kepala atau leher sampai pangkal tulang panggul ke tulang ekor mencapai 47 centimeter.
Intinya macan tutul ini masuk usia anak namun diperkirakan sudah tidak menyusui secara periodik. Sementara total panjangnya mencapai 90 centimeter dari ujung hidung sampai ujung ekor. Dokter hewan dari PPSC, Wahyu Hananto menambahkan, hewan liar tersebut turun gunung diperkirakan oleh berbagai faktor.
"Kemungkinan paling besar adalah pasokan makanan sedikit berkurang dia coba jelajah," ujarnya.
Selain itu macan ini diduga belajar jelajah dan mengikuti baunya ayam. Namun penyebab pastinya belum bisa dipastikan. Kepala Bidang Teknis Konservasi, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Mimi Murdiah menuturkan, macan tutul ini akan dilepasliarkan kembali ke habitat asalnya di taman nasional.
"Tapi seteah meminta saran dari dokter karena kondisi sekarang bukan kondisi yang terbaik maka sementara di kantor balai," terang dia.
Langkah ini kata Mimi sambil menunggu hasil pemeriksana darah di taan safari Indonesia. Jika memang ada indikasi tidak sehat maka harus masuk ICU. Namun dari pantauan kemungkinan hewan tersebut dalam kondisi bagus kesehatannya.