REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Sosial menyalurkan santuan tahap pertama kepada korban ledakan bom di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur sebesar Rp 345 juta. Santunan diberikan kepada 13 orang meninggal dan 30 yang terluka.
"Santunan tahap pertama diberikan kepada korban yang telah teridentifikasi dan sudah pulang ke rumahnya," kata Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat, Jumat (18/5).
Santunan diberikan kepada 13 orang meninggal dan 30 orang luka-luka akibat ledakan yang terjadi di tiga gereja di Surabaya dan rumah susun Sidoarjo pada Ahad (13/5).
Pada hari berikutnya, yakni Senin (14/5) terjadi ledakan bom di depan Mapolrestabes Surabaya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor 4 Tahun 2015 tentang Bantuan Langsung Berupa Uang Tunai Bagi Korban Bencana, maka kepada ahli waris korban meninggal diberikan santunan Rp15 juta. Untuk korban luka-luka santunan maksimal Rp 5 juta.
Harry mengatakan sesuai dengan instruksi Menteri Sosial, bantuan serupa nantinya juga diberikan bagi anak-anak terduga teroris. "Kemensos telah berkoordinasi dengan beberapa kementerian yang ada, bahwa kami harus memikirkan bagaimana kelangsungan hidup mereka, sekolahannya wajib diperhatikan," katanya.
Bantuan diserahkan Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial Kemensos Nurul Farijati secara langsung kepada para ahli waris. Di antaranya keluarga Bayu Rendra, relawan gereja yang menjadi korban ledakan.
"Keluarga dan anak-anaknya korban seperti Bayu, semua akan diperhatikan. Sebab, Bapak Presiden minta adanya penanggulangan bencana sosial termasuk anak teroris tidak boleh berhenti sekolahnya," katanya.
Selain santunan, Kementerian Sosial juga telah menurunkan Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Kemensos untuk memberikan "trauma healing" korban ledakan bom di Surabaya dan Sidoarjo.
Di Surabaya, Tim LDP bertugas berdasarkan sebaran lokasi korban dan melakukan pendampingan keluarga korban. Sedangkan di Sidoarjo, Tim LDP di Rusunawa Wonocolo memberikan pendampingan kepada 100 anak didampingi para ibunya.
Layanan yang diberikan dalam bentuk ruang baca, pendidikan keagamaan, "trauma healing". Aktivitas yang dilakukan meliputi mewarnai, menggambar, "fun games", olahraga untuk anak-anak.