REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Ketua MPR Amien Rais membagi kenangannya terhadap reformasi 1998 yang terjadi 20 tahun lalu. Amien mengakui penyebutan dirinya sebagaitokoh reformasi pertama itu berasal dari banyak tokoh.
"Jadi saya disebut (tokoh reformasi) karena saya tampil pada 20 Mei 1998. Saya mengingat ada banyak termasuk pak Albert Hasibuan, Goenawan Mohamad, Fuad Bawazier, Mas Fahri Hamzah ini pernah mengikuti saya dari Lamongan, Jogja, Solo sampai Lampung, jadi reformasi ini bukan saya saja," kisahnya.
Sehari sebelum pidato mundurnya Presiden Soeharo, Amien mengaku ditelepon oleh Yusril Ihza Mahendra terkait di mana lokasi penyampaian pidato Soeharto pengunduran diri Soeharto. Kepada Yusril, Amien mengatakan di manapun tempatnya tidak penting.
"Yang penting bagaimana terjadi pidato pelengseran itu," katanya.
Amien mengajak seluruh masyarakat untuk mensyukuri apa yang dicapai bangsa Indonesia selama 20 tahjun reformasi ini, meskipun ada beberapa hal yang belum tercapai. "Yang belum tentu penegakkan hukum, masalah ekonomi yang makin jauh panggang dari api," ucapnya.
Sementara Fahri Hamzah menjelaskan alasan para mahasiswa memilih Amien Rais sebagai figur perlawanan melawan pemerintahan Soeharto saat itu. "Dalam catatan mahasiswa, ketika Pak Harto begitu kuat tidak ada yang mengkrtik secara vulgar, baru Pak Amien Rais yang bicara soal suksesi nasional," kata Fahri.
Fahri menilai kata suksesi lebih definitif dan lebih jauh, bahkan waktu menjelang sidang MPR tahun 1997, Fahri mengatakan Amien Rais secara tegas mengatakankesalahan fatal jika MPR memilih kembali Pak Harto.
Fahri berkisah, di awal April sekembalinya Amien dari Belanda, Fahri menemui Amien di kantor Muhammadiyah untuk mengatakan bahwa mahasiswa telah membentuk kesatuan aksi. Para mahasiswa kala itu menilai Amien Rais adalah figur yang kredibel dan punya reputasi kala itu.
"Gerakan itu kalau nggak ada figurnya ya susah juga, kami mahasiswa juga sadar kami mahasiswa bisa apa" katanya.
Ia pun teringat jawaban Amien Rais saat itu ketika dirinya menemui Amien. "Mas fahri kalau anda datang kepada saya meminta Pak Harto mundur, anda salah alamat," kata Fahri menirukan jawaban Amien ketika itu.