Rabu 23 May 2018 06:03 WIB

Merapi Siaga, Kemensos: Prosedur Sudah Berjalan

Kemensos akan memenuhi kebutuhan mendesak warga.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Teguh Firmansyah
Status Gunung Merapi waspada.
Foto: Antara.
Status Gunung Merapi waspada.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Sosial (Kemensos) fokus memenuhi kebutuhan mendesak masyarakat yang mengungsi di sekitar Gunung Merapi. Ini menyusul meningkatnya status Gunung Merapi dari normal (level I) menjadi waspada (level II) yang berlaku sejak Senin (21/5) malam pukul 23.00 WIB.

Menteri Sosial Idrus Marham mengatakan, Kemensos sudah punya instrumen untuk menghadapi situasi ini. Kemensos memiliki prosedur tetap tahap awal memenuhi kebutuhan mendesak masyarakat.

"Jadi, kalau ada perintah bahwa seluruh masyarakat yang tinggal tiga kilometer dari puncak gunung harus mengungsi maka yang kami siapkan tempat pengungsian. Untuk kebutuhan makannya juga, jadi pasti ada dapur umum," ujarnya saat ditemui di sela-sela mengunjungi korban kebakaran Jalan Cipinang Muara dan Jalan Jenderal Basuki Rahmat, di Jakarta Timur, Selasa (22/5) malam.

Setelah itu, kata dia, Kemensos bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk menyiapkan fasilitas kesehatannya. Ia mengklaim prosedur tetap (protap) ini telah berjalan.

Kemensos juga memastikan masker yang sebelumnya telah dibagikan dua pekan lalu masih tersedia. Karena itu, Idrus meminta pejabat dirjen terkait untuk terus mengeceknya. Jika masker sudah habis, pihaknya akan kembali menyalurkan bantuan ini. Tak hanya itu, ia juga meminta sumber daya manusia (SDM) seperti Taruna Siaga bencana (Tagana) untuk bergerak ke lokasi.

"Setelah Gunung Merapi sekarang dinyatakan waspada maka secara otomatis anggota Tagana di daerah bahkan kabupaten-kabupaten secara bersama-sama di situ," katanya.

Sebelumnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, dengan naiknya status waspada, penduduk yang berada di dalam radius 3 km dari puncak Gunung Merapi harus dikosongkan.

"Tidak boleh ada aktivitas masyarakat di dalam radius 3 km. Kegiatan pendakian untuk sementara dilarang kecuali untuk kegiatan penyelidikan dan penelitian terkait mitigasi bencana," ujarnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Selasa (22/5).

Ia menerangkan, terhitung telah terjadi empat kali letusan freatik disertai suara gemuruh sejak Senin (21/5) hingga Selasa pukul 03.30 WIB. Letusan freatik tersebut terjadi pada Senin kemarin pada pukul 01.25 WIB berdurasi 19 menit dengan ketinggian kolom letusan 700 meter, pukul 09.38 WIB berdurasi 6 menit dengan ketinggian kolom letusan 1.200 meter, pukul 17.50 WIB berdurasi 3 menit debgab ketinggian kolom letusan tidak teramati, pada hari ini pukul 01.47 WIB berdurasi 3 menit dengan ketinggian kolom letusan 3.500 meter.

Letusan juga membuat hujan abu vulkanik jatuh di sekitar Gunung Merapi seperti wilayah Kabupaten Sleman, Yogyakarta, meliputi Kecamatan Cangkringan (Desa Glagaharjo, Desa Kepuharjo, dan Desa Umbulharjo), Kecamatan Pakem (Desa Purwobinangun, Desa Hargobinangun, dan Desa Kaliurang), dan Kecamatan Ngemplak (Desa Widomartani). Di wilayah Kabupaten Klaten, hujan abu vulkanik jatuh di Kecamatan Kemalang (Desa Balerante dan Desa Panggang). Ia menambahkan, sejak tadi malam sebagian masyarakat telah mengungsi mandiri ke tempat yang lebih aman.

"Sekitar 298 jiwa warga dari Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, dan Srunen di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, mengungsi mandiri ke Balai Desa Glagaharjo," katanya.

Kemudian, sebanyak 362 jiwa warga Dukuh Takeran dan Dukuh Stabelan di Desa Tlogolele, Kabupaten Boyolali, mengungsi mandiri di tempat pengungsian Desa Tologolele. Jumlah pengungsi mandiri terus bertambah. Ia menegaskan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah mendistribusikan bantuan dan masih melakukan pendataan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement