Rabu 23 May 2018 13:12 WIB

Polri Sebut Penyerangan Ahmadiyah di Lombok Spontan

Polri mengedepankan upaya persuafif dalam menangani masalah ini.

Rep: Arif Satrio Nugroho/M Nursyamsi/ Red: Muhammad Hafil
Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi menemui masyarakat Dusun Grepek Tanak Eat, Desa Greneng, Kecamatan Sakra Timur, Kabupaten Lombok Timur, NTB dan juga jemaat Ahmadiyah di Mapolres Lombok Timur pada Senin (21/5)
Foto: dok. Humas Pemprov NTB
Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi menemui masyarakat Dusun Grepek Tanak Eat, Desa Greneng, Kecamatan Sakra Timur, Kabupaten Lombok Timur, NTB dan juga jemaat Ahmadiyah di Mapolres Lombok Timur pada Senin (21/5)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Hubungan Masyarakat Polri Brigjen Mohammad Iqbal menuturkan, dalam penanganan kasus penyerangan jamaah Ahmadiyah di Lombok Timur, polisi mengedapankan faktor persuasif. Penyerangan ini pun sejauh ini masih dinilai sebagai suatu spontanitas.

"Polri dalam hal ini melihat, kejadian ini spontan. Tidak ada motif, maka dari itu Polri ingin bahwa kita kedepankan upaya-upaya persuasif," kata Iqbal di Markas Besar Polri, Jakarta, Rabu (23/5).

Kendati demikian, Iqbal mengatakan, tidak menutup kemungkinan polisi bisa mengambil tindakan hukum berdasarkan perkembangan bukti dan keterangan yang didapat. Iqbal mengatakan, kepolisian tetap melakukan pengambilan dari sejumlah orang-orang yang nanti akan menjadi saksi dan keterangan. Sejauh ini, tujuh orang sudah dimintai keterangan terkait penyerangan ini.

Saat ini, Polda Nusa Tenggara Barat masih terus melakukan pemulihan keadaan dan memberikan perlindungan kepada korban dengan berkoordinasi dengan pemerintah setempat. Selaim itu, kepolisian juga mengajak elemen masyarakat termasuk organisasi keagamaan agar peristiwa serupa tidak terulang kembali.

"Polri dalam kasus ini mengedapankan upaya pencegahan. Upaya penanggulangan, sebelum melakukan upaya penegakan hukum. Karena ini dinilai lebih efektif," ucap Iqbal.

Baca: Ini Duduk Perkara Insiden Ahmadiyah di Lombok Timur

Pada Sabtu (19/5), sekitar 50 orang pada pukul 12.00 WITA tiba-tiba merusak sejumlah rumah, yakni milik Zainal, Jasman, Usnawati, Amat dan Artoni. Sampai saat ini, kepolisian setempat masih melakukan penyidikan secara silmultan. Polisi juga melakukan proses pemulihan keamanan agar masyarakat bisa beraktivitas secara normal.

Informasi awal dari Polda NTB menyebutkan, peristiwa ini terjadi di Desa Gereneng, Kecamatan Sakra Timur, Kabupaten Lombok Timur pada Sabtu (18/5). Saat meninjau lokasi kejadian pada Sabtu (18/5) pukul 17.45 Wita, Kapolda NTB Brigjen Pol Achmat Juri menyampaikan terdapat enam rumah milik jemaat Ahmadiyah yang rusak. Di saat yang sama, 23 jemaat Ahmadiyah yang terdiri atas 3 laki-laki, 8 perempuan, dan 12 anak-anak diamankan di Mapolres Lombok Timur.

Pada Ahad (19/5) malam, Polda NTB menyampaikan informasi lebih rinci melalui keterangan pers yang disampaikan Kabid Humas Polda NTB AKBP Komang Suartana. Dalam pernyataannya tersebut, peristiwa pengrusakan terjadi sekitar pukul 12.00 Wita di Dusun Gereneng, dan Dusun Lauk Eat yang berada di Desa Gereneng, Kecamatan Sakra Timur, Kabupaten Lombok Timur.

Komang menjelaskan, kronologi kejadian bermula saat jemaat Ahmadiyah berinisial JS mengajar ngaji anak-anak SD masyarakat setempat di rumahnya. Saat itu, terjadi percekcokan di antara anak-anak yang berujung melaporkan kejadian tersebut kepada orang tua. Hingga akhirnya, masyarakat setempat dengan jumlah sekitar 30 orang berkumpul dan melempari rumah jemaat Ahmadiyah.

Komang menyebutkan, terdapat delapan rumah jemaat Ahmadiyah yang rusak akibat peristiwa tersebut. Ia juga menegaskan tidak ada jemaat Ahmadiyah yang menjadi korban.  Kasus ini, lanjut dia, sudah ditangani Polres Lombok Timur. "23 jemaat Ahmadiyah sudah ditempatkan sementara di Mapolres Lombok Timur," ujarnya.

Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) menyikapi insiden pengrusakan rumah jemaat Ahmadiyah. Menurutnya, selama hampir sepuluh tahun menahkodai NTB, belum dijumpai kasus penyerangan terhadap jemaat Ahmadiyah di NTB. Ratusan jemaat Ahmadiyah itu tinggal di Penampungan Transito, Kelurahan Majeluk, Kota Mataram.

Tak ingin polemik ini terus bergulir, TGB meminta seluruh elemen menghentikan semua perbuatan permusuhan, apalagi kekerasan. TGB mengajak, masyarakat menghormati Ramadhan, serta menghormati hak setiap orang untuk hidup dengan aman dan damai sesuai keyakinannya.

Selanjutnya, perangkat Pemda bersama TNI dan Polri sudah memulihkan situasi, di mana sebagian warga Ahmadiyah di lokasi diamankan di Mapolres Lombok Timur, dan sebagian lainnya tinggal sementara di tempat keluarga masing-masing.

"Pemulihan rumah milik warga (Ahmadiyah) segera dilakukan, dan mediasi juga sudah dimulai. Sementara, penegakkan hukum terhadap pelaku pengrusakan akan dilakukan oleh pihak kepolisian," ucap TGB.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement