Jumat 25 May 2018 05:19 WIB

Surga karena Menghomati Ramadhan

Seorang Majusi yang menghormati Ramadhan akhirnya meraih takhta kemuliaan di surga.

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Ramadhan
Foto: IST
Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah berjanji bahwa siapa saja yang beriman kepada Allah dan mengerjakan amal saleh, mereka akan diberikan pahala. Mereka tidak terbatas pada umat Islam saja, tetapi juga umat-umat terdahulu yang meyakini kebenaran ayat-ayat Allah.

Sesungguhnya, orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian, dan beramal saleh akan menerima pahala dari Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Al-Baqarah [2]: 62).

Bagaimana dengan umat Majusi yang menyembah api? Allah sudah punya ketentuan pada mereka di akhirat kelak. Sesungguhnya, pada orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Sabiin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi, dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi putusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu. (Al-Hajj [22]: 12).

Dahulu kala, ada seorang Majusi yang sangat taat dalam menjalankan ibadah. Ia senantiasa melaksanakan ajaran agamanya dengan baik. Ia mempunyai seorang anak. Anaknya itu dididik sesuai dengan ajaran yang diterimanya. Si Majusi itu juga terbiasa berpuasa. Ia sangat menghormati agama orang lain kendati berbeda dengan agama yang dianutnya.

Suatu hari pada bulan Ramadhan, ia melihat putranya sedang makan pada siang hari di tempat yang ramai. Orang-orang pun memperbincangkan perilaku si anak Majusi tersebut. Karena itu, ia merasa malu sebab anaknya tidak menghormati orang Islam yang sedang berpuasa.

Kemudian, ia mendatangi anaknya dan memarahinya. Mengapa kamu tidak menghormati orang-orang yang sedang berpuasa? tanya dia kepada si anak.

Dengan santainya, si anak menjawab, Saya tidak tahu. Saya lapar sekali, ujarnya.

Ingatlah, pada bulan Ramadhan, umat Islam melaksanakan ibadah puasa. Hormatilah mereka yang sedang berpuasa. Jika engkau tidak berpuasa, janganlah engkau makan di hadapan mereka. Sebab, itu mengganggu mereka, jelas ayahnya.

Konon, beberapa tahun kemudian, meninggallah si Majusi ini. Seorang alim melihatnya dalam mimpi. Dalam mimpinya itu, si Majusi seakan-akan duduk di atas takhta kemuliaan yang ada di surga.

Si orang alim ini pun keheranan. Bertanyalah ia kepada orang Majusi tersebut. Bukankah engkau orang Majusi?

Benar, jawab orang Majusi itu.

Lalu, bagaimana engkau bisa mendapatkan kemuliaan seperti ini, engkau duduk di atas takhta kemuliaan? tanya si orang alim.

Si Majusi menjawab, Pada awalnya aku memang Majusi. Namun, menjelang ajal tatkala akan mengembuskan napas terakhir, aku mendengar panggilan yang berseru, ‘Hai, malaikat-Ku! Jangan biarkan ia mati sebagai orang Majusi, berilah ia kemuliaan sebagai orang Islam karena ia telah menghormati dan memuliakan bulan Ramadhan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement