REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Calon Gubernur Jawa Tengah Sudirman Said mengungkapkan banyak tekanan dan ketidakadilan yang dialaminya bersama Calon Wakil Gubernur Ida Fauziyah dalam perjalanan selama Pilgub 2018. "Mulai dilarang naik mimbar di beberapa tempat sampai diminta menghentikan pidato," kata Sudirman Said di Semarang, Ahad (27/5).
Bahkan, menurut dia, tidak sedikit keluhan dari panwas dan petugas lapangan yang bekerja dalam tekanan oleh penguasa atau kepala daerah yang berbeda pilihan. Meski demikian, menurut dia, kondisi tersebut justru makin meningkatkan semangat dan militansi kader, simpatisan, serta sukarelawan untuk menyosialisasikan Sudirman-Ida ke masyarakat.
Ia menuturkan keinginan masyarakat Jawa Tengah agar terjadi perubahan jangan sampai dicederai oleh kecurangan. Ia juga meminta masyarakat mewaspadai kecurangan yang mungkin terjadi saat pilgub.
"Dalam waktu dekat akan kami sampaikan temuan atas upaya-upaya mencederai demokrasi ini," katanya. Ia juga meminta upaya-upaya praktik politik uang dan politik sembako diwaspadai.
"Harus sama-sama dicegah agar demokrasi di Jawa Tengah berkualitas. Hanya demokrasi berkualitas yang akan menghasilkan pemimpin yang baik," katanya.
Dalam debat calon kedua Sudirman pernah mengemukakan soal kegagalan pemerintahan Gubernur Ganjar Pranowo. Katanya, PAD Jateng hanya naik 58 persen, sementara pada era kepemimpinan Bibit Waluyo PAD Jateng berhasil naik 122 persen. Selain PAD, menurut Sudirman angka kemiskinan pada kepemimpinan Ganjar pun masih tinggi yakni 12,23 persen.
Lebih dari itu, kata dia terdapat 11 juta warga Jateng yang belum memperoleh jaminan kesehatan. Di sektor kesehatan, kata Sudirman mengutip data BPS pada 2017 terdapat tiga dari sepuluh warga Jateng mengeluh sakit dimana dua diantaranya mengalami sakit. Data kondisi kesehatan warga Jateng itu kata Sudirman jauh dibawah rata-rata nasional.
Pada segmen tersebut, Sudirman berkomitmen untuk mengentaskan 2,2 juta warga jateng yang berada di zona kemiskinan. Selain itu ia berjanji untuk menciptakan 5 juta lapangan kerja dan membangun pemerintahan yang bersih. Sudirman pun mengajak seluruh elemen hingga Pondok Pesantren dan Perguruan Tinggi untuk bekerjasama membangun Jawa Tengah lebih baik.