Selasa 29 May 2018 07:07 WIB

Zul-Rohmi Ungkap Cara Jaga Stabilitas Harga Komoditi

Ketidakstabilan harga komoditi itu disebabkan belum hadirnya industri pengolahan

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Budi Raharjo
Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah-Siti Rohmi Djalilah
Foto: Febrian Fachri/Republika
Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah-Siti Rohmi Djalilah

REPUBLIKA.CO.ID,MATARAM -- Pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zulkieflimansyah dan Sitti Rohmi Djalilah (Zul-Rohmi) mengaku memiliki cara tersendiri untuk menjaga stabilitas harga komoditi pertanian di NTB. Terutama harga-harga di sektor pertanian tanaman pangan.

Zulkieflimansyah yang akrab dikenal dengan sebutan Dr Zul mengatakan stabilitas harga komoditi padi dan jagung akan bermuara pada peningkatkan kesejahteraan petani. Hal ini dapat diukur dengan indeks Nilai Tukar Petani (NTP) yang disusun BPS nantinya.

Selama ini, kata dia, harga komoditi sektor tanaman pangan, khususnya padi dan jagung kerap tidak stabil. Jika musim panen harga menjadi anjlok sangat murah, dan berdampak pada pendapatan petani dan tingkat kesejahteraannya. Sementara jauh dari musim panen, harga meningkat tajam dan menyebabkan inflasi daerah.

Dr Zul menilai, ketidakstabilan harga komoditi itu disebabkan belum hadirnya industri-industri pengolahan yang bisa menampung hasil produksi pertanian petani di NTB. Menurut dia, pendekatan yang digunakan selama ini masih terkesan pendekatan snapshoot, yang hanya menyelesaikan masalah ketika ketidakstabilan harga terjadi, tanpa mengatasi akar masalahnya, sehingga menjadi masalah klasik yang tiap tahun terjadi.

"Misalnya, ketika harga anjlok maka petani diberi bantuan dan stimulan, sementara saat harga tinggi pemerintah melakukan operasi pasar untuk melindungi masyarakat kurang mampu," kata Dr Zul di Mataram, NTB, Senin (28/5).

Zul-Rohmi yang diusung PKS dan Demokrat menjamin tidak menggunakan pendekatan yang seperti itu, namun akan melakukan pendekatan yang berkesinambungan dan menukik ke akar masalahnya. Dr Zul beranggapan banyak ketidakstabilan ini bukan hanya masalah pangan, tapi karena tidak hadirnya industri pengolahan.

Politisi PKS ini menyampaikan, produksi gabah dan jagung di NTB selalu surplus. Namun ketidakstabilan harga masih terjadi lantaran, selama ini komoditi yang dijual keluar masih dalam bentuk mentah.

"Harga tidak stabil karena, baik yang diserap Bulog maupun yang kita kirim keluar, ke Bali Jakarta dan Surabaya dalam bentuk mentah. Tugas kami bagaimana mendorong agar industri pengolahan hadir sehingga nilai tambah muncul. Kalau itu terjadi Insya Allah ketidakstabilan itu bisa dicegah bahkan bisa jadi ekonomis produksi," lanjutnya.

Zul mengakui, untuk menghadirkan industri pengolahan bukan persoalan sederhana dan membutuhkan komitmen juga waktu. Sebab, untuk menghadirkan investasi industri pengolahan, daerah juga harus memiliki sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni.

"Memang bukan masalah sederhana, karena ini tidak semudah kita membalik telapak tangan sehingga kita juga hadirkan infrastruktur nonfisik di kampus-kampus untuk menciptakan SDM yang kondusif tentang itu," ungkap dia.

Dr Zul menambahkan, kehadiran industri pengolahan dan penyiapan SDM yang memadai akan memperkuat posisi NTB yang selama ini merupakan lambang lumbung pangan nasional. "NTB ini kan lambang lumbung pangan nasional, jadi jangan sampai petani kita ini miskin di tengah keberlimpahan kita. Kenapa kita tidak datang dengan pendekatan yang mendasar, hadirnya industri pengolahan itu akan menjadi nilai tambah," kata Dr Zul menegaskan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement